News
Jumat, 2 September 2016 - 19:39 WIB

La Nina Terdeteksi, Waspadai Banjir dan Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga terdampak tanah longsor membawa bantuan logistik melintasi kawasan bencana longsor di Donorati, Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (22/6/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Andreas Fitri Atmoko)

La Nina terdeteksi di Indonesia dan berpotensi menimbulkan banjir dan longsor.

Solopos.com, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan dari ancaman banjir dan longsor, terkait peningkatan curah hujan, seiring mulai terdeteksinya fenomena La Nina. Pasalnya, awal musim hujan 2016/2017 diperkirakan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia pada Agustus–November 2016 (92,7 %).

Advertisement

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pada periode musim hujan 2016/2017 diperkirakan 51% wilayah menerima curah hujan normal, 48% wilayah dengan curah hujan di atas normal, dan hanya 1% yang di bawah normal. “Kami imbau masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor,” ujarnya, Jumat (2/9/2016).

Sutopo menegaskan bahwa BMKG telah mendeteksi munculnya fenomena La Nina meskipun masih lemah pada akhir Agustus 2016 dan diprediksi La Nina bertahan hingga awal 2017. Menurutnya bersamaan dengan La Nina, terjadi fenomena dipole mode negatif sejak Mei 2016, yang diprediksi bertahan hingga November 2016, dan kondisi anomali suhu muka laut yang hangat disekitar perairan Indonesia.

“Kondisi demikian akan menyebabkan tingginya curah hujan di Sumatra dan Jawa bagian Barat,” ujarnya.

Advertisement

Selain itu, BMKG juga memperkirakan musim kemarau basah akan berlangsung sampai dengan September di sebagian besar wilayah Indonesia.
Pulau Jawa, Sulawesi bagian timur, Papua bagian tengah, dan Kalimantan serta Sumatera bagian selatan diprediksi akan mengalami kenaikan curah hujan hingga 200%.

“Kombinasi antara La Nina, dipole mode, dan anomali suhu muka air laut yang hangat telah memberikan dampak signifikan meningkatnya bencana di Indonesia saat ini,” terangnya.

Sementara itu, Sutopo mengatakan pada periode ini dari 1 Januari 2016 hingga 1 September 2016, terdapat 1.495 kejadian bencana di Indonesia yang menyebabkan 257 orang meninggal dunia, 2,86 juta orang menderita dan mengungsi, dan ribuan rumah rusak. “Lebih dari 95% dari bencana itu adalah bencana hidrometeorologi yang dipengaruhi oleh cuaca,” terangnya.

Advertisement

Menurut Sutopo, bencana alam longsor, saat ini menjadi jenis bencana yang paling mematikan. Hingga Kamis (1/9/2016), terdapat 323 kejadian longsor yang menyebabkan 126 orang meninggal dan 18.655 jiwa menderita dan mengungsi. Sedangkan banjir terdapat 535 kejadian dengan dampak 70 orang meninggal dan 1,94 juta jiwa menderita dan mengungsi akibat banjir.

Pihaknya menegaskan bahwa hal itu juga terjadi pada periode La Nina sebelumnya seperti pada 2010 dan 2011, di mana Indonesia mengalami curah hujan di atas normal. “Terutama di Pulau Jawa, Maluku, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, Kalimantan dan Papua yang menyebabkan hujan lebat dan lebih tinggi daripada curah hujan normal sehingga meningkatkan risiko bencana banjir dan longsor,” terangnya.

Menurutnya, selama periode La Nina dengan intensitas sedang tersebut, peristiwa bencana banjir dan longsor meningkat. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan kejadian bencana pada 2015, jumlah korban meninggal dan hilang pada 2016 mengalami peningkatan 54% dari 167 pada 2015 menjadi 257 di 2016.

Menurutnya secara keseluruhan jumlah kerusakan 2016 mengalami peningkatan dibandingkan 2015. “Diprediksi dampak bencana 2016 akan terus meningkat hingga akhir tahun nanti,” tegasnya.

Advertisement
Kata Kunci : La Nina
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif