Jogja
Kamis, 1 September 2016 - 23:20 WIB

TRADISI BANTUL : Lomba Ngeliwet, Seperti Apa?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ngatiyem (Kiri) dan Wagiyah (Kanan) saat mengikuti lomba ngeliwet yang menjadi salah satu rangkaian acara pameran keliling museum Vredenbreg di Desa Wisata Cabdaran, Kebonagung, Imogiri, Pada Kamis (1/9/2016) (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Tradisi Bantul dipertahankan dengan digelar tiap tahun.

Harianjogja.com, BANTUL — Lomba ngeliwet sebagai bentuk mempertahankan tradisi di tengah masyarakat karena sudah mulai ditinggalkan. Setiap tahunya museum Tani Jawa Indonesia yang terletak di Desa Wisata Candaran, Kebonagung, Imogiri rutin menadakan lomba ngeliwet.

Advertisement

Wagiyah (51), bersama Ngatiyem (55), tim dari Dusun Tlogo, Kebonagung, Imogiri merupakan salah satu tim peserta. Mereka menyiapkan aneka masakan, mulai dari nasi liwet, tahu dan tempe bacem, sayur lodeh terong, hingga kripik ikan asin.

Namun menariknya sebanyak 50 peserta hanya boleh membelanjakan uang maksimal Rp40.000. Durasi memasak juga dibatasi, hanya 1,5 jam. Mereka pun memasak dan menanak nasi dengan anglo dan kuali tanah liat. Bahan bakarnya kayu bakar, bukan gas elpiji.

Penanggung Jawab acara yang juga Kepala Museum Tani Kristya Bintara mengatakan, kekompakan tim juga dinilai. Selain itu kebersihan dan porses memasak, penyajian, keunikan masakan, dan rasa nasi. Dari semua penilaian tersebut, rasa nasi yang paling diperhatikan. Kata Kristya, nasinya harus matang, enak, dan teksturnya lembut.

Advertisement

Menurut Kristya lomba ngeliwet ini untuk mengajak masyarakat kembali melirik cara memasak secara tradisional. Menggali nilai-nilai tradisi yang ada di masyarakat, karena dia menilai selama ini ngiwet dengan alat masak tradisional sudah banyak ditinggalkan “Ada nilai yang terbangun di situ, yakni kebersamaan. Memasak tidak bisa terburu-buru, tapi hasilnya adalah masakan yang enak,” tuturnya.

Selain itu dia juga menyebutkan nantinya setiap peserta yang berhasil menjadi juara akan mendapatkan total 105 kg beras. Juara satu akan mendapatkan 30 kg beras, juara dua 25 kg, juara tiga 20 kg. Berturut-turut hingga juara keenam akan mendapatkan masing masing 15 kg, 10 kg dan 5 kg. “Karena ini lomba ngeliwet ya hadiahnya beras,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif