Jogja
Rabu, 31 Agustus 2016 - 11:00 WIB

Telur Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia Mulai Dilepas di Kota Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Persiapan pelepasan telur nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia di Museum Sasana Wiratama Diponegoro, Tegalrejo Jogja. (Foto istimewa)

Telur Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia mulai dilepas di Kota Jogja sebagai upaya pengendalian demam berdarah

Harianjogja.com, JOGJA– Warga Kota Jogja siap untuk mengasuh telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sebagai salah satu pelengkap pengendalian demam berdarah dengue (DBD) yang masih menjadi ancaman bagi Jogja.

Advertisement

Nyamuk yang mampu menekan pengembangbiakan virus DBD ini merupakan satu penelitian yang digawangi oleh Eliminate Dengue Project Jogja (EDP-Jogja), Fakultas Kedokteran UGM dan didanai oleh Yayasan Tahija Indonesia.

Rabu (31/8/2016) pagi di Museum Sasana Wiratama Diponegoro, Tegalrejo Jogja dilakukan acara peletakan perdana telur nyamuk Ae.aegypti ber-Wolbachia yang dihadiri diantaranya Dirjen Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenristekdikti; Muhammad Dimyati, Wakil Gubernur DIY, Pakualam X; Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja, Vita Yulia dan Yayasan Tahija, Sjakon Tahija serta masyarakat Kota Jogja.

Advertisement

Rabu (31/8/2016) pagi di Museum Sasana Wiratama Diponegoro, Tegalrejo Jogja dilakukan acara peletakan perdana telur nyamuk Ae.aegypti ber-Wolbachia yang dihadiri diantaranya Dirjen Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenristekdikti; Muhammad Dimyati, Wakil Gubernur DIY, Pakualam X; Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja, Vita Yulia dan Yayasan Tahija, Sjakon Tahija serta masyarakat Kota Jogja.

Pada kesempatan tersebut, Muhammad Dimyati menitipkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia kepada salah satu warga di Kelurahan Tegalrejo.

Bersambung halaman 2

Advertisement

Mulai Agustus 2016 hingga pertengahan 2017 nanti secara bertahap akan dititipkan sekitar 6000-an ember berisi telur nyamuk Ae.aegypti ber-Wolbachia di sebagian rumah warga Kota Jogja yang terpilih dan bersedia.

“Harapannya dalam kurun waktu tertentu, nyamuk ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan ber-Wolbachia dan menghambat penularan DBD ke manusia,” papar Prof. Adi Utarini, peneliti utama EDP-Jogja.

Satu ember telur akan berisi sekitar 100 telur nyamuk jantan dan betina. Nyamuk betina diharapkan menurunkan keturunan ber-Wolbachia, sementara nyamuk jantan diharapkan turut mengendalikan populasi nyamuk, mengingat telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan jantan ber-Wolbachia tidak akan menetas.

Advertisement

Pengalaman penelitian skala kecil di Sleman dan Bantul sebelumnya menunjukkan bahwa pada wilayah dimana jumlah Wolbachia sudah tinggi, mampu melindungi warga dari penularan lokal DBD.

Kota Jogja dipilih karena tingginya angka kejadian DBD, kepadatan penduduk yang tinggi, dan nyamuk Ae.aegypti ditemukan sepanjang tahun di seluruh kelurahan. DBD juga masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius.

Dinas Kesehatan Kota Jogja menyatakan bahwa hingga kini DBD masih menjadi ancaman bagi warga Jogja. Pada paruh pertama 2016 ini, Dinas Kesehatan mencatat kejadian DBD per Juni sudah mencapai 623 orang. Sementara, jumlah penderita DBD pada periode Januari-Desember 2015 mencapai 943 orang.

Advertisement

Bersambung halaman 3

Muhammad Dimyati pada beberapa kesempatan menyatakan bahwa pemerintah sangat mendukung inisiatif filantropis seperti Yayasan Tahija melalui penelitian EDP-Jogja mengingat alokasi dana pemerintah untuk penelitian belum memadai dan memerlukan kerjasama banyak pihak.

“Semakin besar dana yang dialokasikan pemerintah terhadap penelitian, maka sebuah negara akan makin berkembang,” tandasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sjakon Tahija selaku pendana penelitian. “Yayasan Tahija berkomitmen penuh untuk menyelesaikan penelitian ini sebagai bagian dari perjalanan filantropi keluarga dan mengapresiasi para pemangku kepentingan sehingga penelitian bisa berjalan sejauh ini,” katan Ketua Dewa Pembina Yayasan Tahija tersebut.

Lebih jauh ia berharap bahwa ke depan, penelitian Wolbachia juga bisa dikembangkan untuk memberi harapan pada penyakit yang dibawa oleh nyamuk Ae. aegypti seperti Zika dan Chikungunya di tingkat nasional maupun global.

Sebagai salah satu model pengendalian DBD yang telah direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia-WHO sejak Maret 2016, Wolbachia diharapkan mampu  menjadi alternatif metode untuk mengurangi beban DBD di masyarakat. Mengingat DBD masih menjadi ancaman serius di Indonesia, dan termasuk Jogja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif