Soloraya
Rabu, 31 Agustus 2016 - 20:40 WIB

KEBAKARAN HUTAN KARANGANYAR : BKPH Akan Perkarakan Warga Nekat Buat Arang Di Lawu

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Kebakaran hutan Karanganyar, BKPH Lawu Utara akan menindak tegas warga yang membuat arang di Lawu.

Solopos.com, KARANGANYAR–Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara akan menindak tegas orang yang masih nekat membuat arang di hutan Gunung Lawu. Pernyataan itu disampaikan Asisten Perhutani (Asper) BKPH Lawu Utara, Edi Saryono, saat ditemui wartawan di jalur pendakian Cemoro Kandang, Selasa (30/8/2016).

Advertisement

Edi menyampaikan bahwa kebakaran yang terjadi di hutan lebih banyak disebabkan ulah manusia ketimbang faktor alam. “Kalau karena gesekan pohon sehingga menimbulkan titik api itu kemungkinan kecil. Tetapi, lebih banyak karena kelalaian. Seperti yang sudah pernah terjadi adalah puntung rokok, api unggun, dan lain-lain,” kata Edi.

BKPH Lawu Utara bekerja sama dengan polisi kehutanan (Polhut), sukarelawan di Gunung Lawu seperti anak gunung lawu (AGL), dan lain-lain. Sejumlah cara dilakukan untuk mencegah aktivitas rentan menyebabkan kebakaran di hutan di Gunung Lawu, yaitu melarang pembuatan arang di hutan Gunung Lawu, mengingatkan etika pendakian, dan lain-lain.  Bahkan, BKPH Lawu Utara menyiapkan sanksi tegas apabila masih ada pembuat arang yang nekat.

“Orang yang membuat arang sudah hampir tidak ada. Tetapi, kami masih patroli. Kalau tetap ada ya diingatkan. Kami melarang keras. Kalau nekat ya koordinasi dengan polsek setempat dibawa ke ranah hukum,” ujar Edi.

Advertisement

Dia tidak menampik kemungkinan sejumlah pembuat arang masih nekat. Hal itu karena berkaitan dengan faktor ekonomi. Edi menyampaikan luas lahan terbakar pada 2015 di hutan Gunung Lawu wilayah BKPH Lawu Utara adalah 287 hektare. Namun, dia menyampaikan sejumlah pihak sudah menanam 42.000 bibit pohon pada lokasi kebakaran.

“Kalau kondisinya seperti sekarang, harusnya tidak ada kebakaran. Kemarau basah. Tetapi peran semua pihak dalam menjaga lingkungan harus lebih ditingkatkan. Antisipasi hal buruk.”

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif