News
Rabu, 31 Agustus 2016 - 18:25 WIB

INFLASI SOLO : Asyik, Pemkot Berencana Jual Kebutuhan Pokok Setengah Harga

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar murah (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Inflasi Solo diharapkan bisa terkendali dengan langkah Pemkot menjual kebutuhan pokok setengah harga.

Solopos.com, SOLO—Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berencana memaksimalkan salah satu dinasnya untuk menyediakan komoditas pangan yang dijual setengah harga guna menekan inflasi.

Advertisement

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengungkapkan dinas baru yang akan terbentuk setelah proses Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) salah satunya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Salah satu tugas dari dinas tersebut adalah sebagai penyangga pemenuhan komoditas barang, seperti beras, minyak goreng, dan kebutuhan dasar lainnya.

“Barang kebutuhan dasar itu nantinya akan dijual setengah harga kepada Penerima Bantuan Iuran [PBI]. Program ini akan berjalan pada 2017 untuk tekan inflasi,” ungkap Rudy di Gedung Bank Indonesia (BI) Solo, Selasa (30/8/2016).

Upaya lain untuk menekan inflasi adalah menggandeng kabupaten lain di Soloraya mengadakan Soloraya Great Sale menjelang Lebaran. Hal ini diharapkan bisa menekan inflasi yang biasanya terjadi menjelang Lebaran akibat tingginya kebutuhan masyarakat.

Advertisement

Pada kesempatan tersebut, Rudy juga mengajak perwakilan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Soloraya untuk saling berkoordinasi guna menekan laju inflasi. Hal ini mengingat Solo bukan merupakan daerah produsen.

Wakil Ketua TPID Solo, Bandoe Widiarto, mengapresiasi kebijakan tersebut karena membantu masyarakat, khususnya yang kurang mampu untuk membeli barang kebutuhan pokok. Sementara itu, berdasarkan hasil sidak TPID Solo yang dilakukan di tiga pasar, yakni Pasat Gede, Pasar Legi, dan Pasar Jongke menunjukkan adanya penurunan harga untuk beberapa komoditas.

Bandoe mengatakan minyak goreng, daging ayam ras, gula, dan telur ayam ras mengalami penurunan harga. Harga daging sapi cenderung stagnan sedangkan yang mengalami kenaikan harga hanya cabai merah keriting.

Advertisement

“Prediksi kami [Bank Indonesia] bulan ini mengalami inflasi rendah, yakni 0,2% atau bahkan ada potensi mengalami deflasi,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan ada keluhan dari beberapa pedagang, seperti pedagang telur ayam ras yang mengeluhkan disetopnya impor jagung. Padahal dari dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan jagung sehingga ada potensi harga pakan naik yang biasanya berimbas pada harga jual.

Selain itu, pedagang juga berharap ada kesamaan harga telur. Hal ini karena telur mengalami perubahan sebanyak tiga kali dalam sehari, yakni pagi, siang, dan sore.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif