Soloraya
Rabu, 31 Agustus 2016 - 11:25 WIB

AKSI MASSA DI KLATEN : Warga Trauma, Berharap Dapat Ganti Rugi Kerusakan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolres Klaten, AKBP Faizal, menunjukkan senjata tajam yang disita saat aksi penyerangan pada Senin (29/8/2016) malam. Massa menyerang kawasan Dukuh Ngeseng, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper pada Senin malam. (Taufiq Sidik/JIBI/Solopos)

Aksi massa di Klaten terjadi di Dukuh Ngeseng, Desa Jambukulon, Ceper Senin (29/8/2016) malam hingga Selasa (30/8/2016) dini hari.

Solopos.com, KLATEN – Bariyah, 57, keluar dari rumahnya yang berada di seberang Stasiun Ceper, Dukuh Ngeseng, Desa Jambukulon, Selasa (30/8/2016) dini hari. Ia lantas menunjukkan tiga buah batu yang digenggam sembari duduk di kursi panjang di depan rumah.

Advertisement

Di belakang kursi tersebut, sejumlah bagian kaca rumah pecah. Serpihan kaca masih berserakan di teras rumahnya.

“Batu-batu ini tadi yang memecahkan kaca dan masuk ke rumah. Sebagian sudah dibawa polisi. Ada tujuh batu yang masuk ke rumah,” kata Bariyah saat ditemui di rumahnya.

Advertisement

“Batu-batu ini tadi yang memecahkan kaca dan masuk ke rumah. Sebagian sudah dibawa polisi. Ada tujuh batu yang masuk ke rumah,” kata Bariyah saat ditemui di rumahnya.

[Baca Juga: Kronologi Lengkap Massa PSHT Geruduk Ceper, 21 Rumah Rusak]

Pada Senin (29/8/2016) malam, sekitar 200 orang menggeruduk wilayah Dukuh Ngeseng, Kecamatan Ceper. Massa diketahui berasal dari salah satu perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Massa merusak sejumlah bangunan dengan melempar batu serta memukul pintu dan kaca rumah.

Advertisement

Saat itu, ia berada di dalam rumah bersama putranya Mardika, 24. Mendengar ada kerumuman massa, Bariyah diperingatkan anaknya untuk bersembunyi ke kolong tempat tidur. Tak berapa lama, massa memukuli pintu rumah yang saat itu dalam kondisi dikunci. Massa yang beringas juga melempar serta memukuli kaca dengan batu serta kayu.

“Saya hanya gemetar karena sudah ketakutan. Beberapa barang dagangan juga berjatuhan,” katanya.

[Baca Juga: Beredar Broadcast Ajakan, Ini Pernyataan Ketua PSHT]

Advertisement

Meski aparat kepolisian sudah menangkap para pelaku pengrusakan tersebut, Bariyah masih trauma. Ia hanya berharap kejadian itu tak terulang serta kerusakan yang diakibatkan amukan massa itu segera diganti.

“Harapannya ada ganti rugi karena sudah rusak seperti ini,” katanya.

Sementara itu, Suparji, 40, salah satu warga Dukuh Ngaglik, Desa Klepu, Kecamatan Ceper menjadi korban amukan massa. Saat itu, ia melintasi jalan antara Sub Terminal Penggung dengan Stasiun Ceper mengendarai sepeda motor. Mengetahui ada gerombolan orang yang berkerumun di dekat Stasiun Ceper, Suparji berniat membalikkan arah sepeda motor. Namun, sejumlah orang dari massa itu mengejar Suparji. Ia lantas menjadi sasaran amukan massa. Beruntung, Suparji berhasil menyelamatkan diri menuju ke Mapolsek Ceper.

Advertisement

“Saya sudah tidak tahu berapa banyak orang yang malam itu mengeroyok saya karena kondisi di sekitar lokasi gelap. Saat itu saya mau menjemput istri saya,” katanya saat ditemui di Mapolres Klaten, Selasa malam.

Akibat peristiwa itu, Suparji mengalami luka pada bagian punggung akibat tebasan benda tajam. Ia juga mengalami luka pada bagian kepala.

“Kemungkinan kepala saya dipukul menggunakan kayu atau bambu,” katanya.

[Baca Juga: Massa Geruduk Ceper Kenakan Atribut PSHT Didominasi Remaja]

Camat Ceper, Supriyono, mengatakan berdasarkan hasil pendataan ada 21 rumah rusak akibat peristiwa itu. Kerusakan tersebut yakni kaca pecah, pintu jebol, serta kerusakan pada bagian genteng. Ia mengatakan atas peristiwa itu warga masih trauma dan khawatir peristiwa serupa terulang.

Pascakejadian tersebut, ia menjelaskan akan mengintensifkan siskamling agar peristiwa serupa bisa diantisipasi sejak dini. Ia berharap aparat penegak hukum bisa bertindak tegas atas peristiwa tersebut.

Sementara itu, Ketua Cabang PSHT Klaten, Marjono, mengaku terkejut atas peristiwa itu. Ia menegaskan tak ada komando atau instruksi untuk melakukan aksi massa tersebut. Selama ini pihaknya menekankan agar anggota PSHT tak membuat permasalahan di masyarakat.

“Ini menjadi pembelajaran agar kami lebih mawas diri. Kami mengharapkan semua tertata baik. Yang terjadi di lapangan kami ada pendekatan komunikasi dengan konsekuensi yang ada,” katanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif