Jateng
Selasa, 30 Agustus 2016 - 17:50 WIB

PAZAAR SENI : Wayang Tenda dan Wayang Dongeng Ramaikan TBRS Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kolaborasi Wayang Dongeng dan Wayang Tenda memeriahkan acara PazaarSeni 2016 yang dihelat di kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang, Minggu (28/8/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pazaar Seni 2016 yang digelar di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) menyajikan berbagai pertunjukan, salah satunya kolaborasi wayang kontemporer, Wayang Tenda dan Wayang Dongeng.

Semarangpos.com, SEMARANG – Kisah perseteruan Bawang Merah dan Bawang Putih sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dongeng tentang persaingan dua gadis yang berstatus saudara tiri itu acap disajikan kepada masyarakat dalam berbagai versi yang berbeda.

Advertisement

Begitu pula dengan yang disajikan oleh Serikat Wayang Kontemporer Semarang (Sriwates) pada panggung Pazaar Seni 2016 di kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) 2016. Sriwates menyajikan kisah Bawang Merah dan Bawang Putih yang dikemas dalam pertunjukan kolaborasi Wayang Tenda dan Wayang Dongeng.

Dalam kisah itu, dua dalang wayang kontemporer, Khotibul Umam dalang Wayang Tenda dan Babahe Widyo Leksono dalang Wangan Dongeng, juga menuturkan tentang perseteruan antara Bawang Merah dan Bawang Putih. Alkisah, sepeninggalan kedua orang tuanya, kedua perempuan itu memiliki berbedaan pendapat terkait tanah warisan mereka.

Advertisement

Dalam kisah itu, dua dalang wayang kontemporer, Khotibul Umam dalang Wayang Tenda dan Babahe Widyo Leksono dalang Wangan Dongeng, juga menuturkan tentang perseteruan antara Bawang Merah dan Bawang Putih. Alkisah, sepeninggalan kedua orang tuanya, kedua perempuan itu memiliki berbedaan pendapat terkait tanah warisan mereka.

Bawang Putih tidak setuju jika tanah warisan itu dijual kepada investor. Sementara, Bawang Merah setuju karena dengan dijualnya tanah itu kepada investor akan menghasilkan keuntungan.

Perseteruan kedua saudari tiri ini pun tak berujung. Hingga akhir acara pun, perbedaan pendapat kedua perempuan ini tidak menemukan kesepahaman dan menimbulkan rasa penasaran puluhan penonton yang menyaksikan pementasan kolaborasi wayang kontemporer itu yang diiringi musik modern.

Advertisement

“Memang cerita ini kami ambil secara spontan karena kami sebelumnya tidak pernah berkolaborasi dan tanpa latihan. Meski demikian, pesan yang ingin kami angkat dalam cerita ini bisa mengena kepada penonton,” ujar Umam saat dijumpai Semarangpos.com seusai pementasan.


Kolaborasi Wayang Dongeng dan Wayang Tenda memeriahkan acara PazaarSeni 2016 yang dihelat di kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang, Minggu (28/8/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Umam menambahkan pertunjukan Wayang Tenda sebenarnya sudah acap kali ditampilkan di berbagai pentas kesenian di Semarang sejak 2008. Perbedaannya dengan wayang tradisional terdapat pada kelirnya. Jika wayang tradisional menggunakan kelir untuk menangkap bayangan wayang, maka Wayang Tenda menggunakan tenda.

Advertisement

Wayangnya pun dikemas mengikuti tren yang ada saat ini, baik berbentuk robot, naga, hingga UFO atau piring terbang. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian audience yang mayoritas generasi muda.

Sementara itu, Wayang Dongeng merupakan gabungan pertunjukan antara wayang dan dongeng. Berbeda dengan wayang tradisional yang acap kali menceritakan kisah pewayangan dan menggunakan kelir, Wayang Dongeng cenderung menceritakan kisah-kisah dongeng yang sudah populer di Tanah Air dan tanpa menggunakan kelir.

Selain pertunjukan Wayang Tenda dan Wayang Seni, sederet hiburan lain juga akan ditampilkan dalam Pasar Seni Kota Semarang yang bertajuk PazaarSeni 2016 itu. Acara ini dihelat mulai 26 Agustus dan akan berakhir 31 Agustus nanti.

Advertisement

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif