Jogja
Senin, 29 Agustus 2016 - 15:25 WIB

Indonesia Kekurangan Pembuat Film

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - CEO CGV Blitz Jeff Lim (kanan) ketika menyerahkan penghargaan kepada SMA Kolese De Britto Yogyakarta atas karyanya beerjudul Paceklik di CGV blitz Hartono Mall Yogyakarta, Sleman, Minggu (21/8/2016). (Foto Istimewa)

Indonesia masih kekurangan populasi pembuat film

Harianjogja.com, JOGJA—Bakat-bakat baru untuk dunia perfilman perlu terus diasah dan didorong sehingga semakin berkembang. Setiap lini baik pemerintah maupun swasta perlu secara aktif terus menggelar acara-acara untuk mengembangkan bakat tersebut.

Advertisement

Kepala Bidang Perizinan dan Pengendalian Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia M Kholid Fathoni mengungkapkan, Indonesia kekurangan populasi pembuat film dilihat dari jumlah penduduk.

“Produksi film di Indonesia tahun lalu 150-200an. Jumlah itu bisa didorong lagi. Kita lihat Korea, penduduknya jumlahnya kecil tetapi produksinya banyak dan banyak film bagus,” kata dia kepada Harianjogja.com usai pemutaran film hasil program Toto’s Film Making Class di CGV blitz Hartono Mall Yogyakarta, Sleman, Minggu (21/8/2016).

Advertisement

“Produksi film di Indonesia tahun lalu 150-200an. Jumlah itu bisa didorong lagi. Kita lihat Korea, penduduknya jumlahnya kecil tetapi produksinya banyak dan banyak film bagus,” kata dia kepada Harianjogja.com usai pemutaran film hasil program Toto’s Film Making Class di CGV blitz Hartono Mall Yogyakarta, Sleman, Minggu (21/8/2016).

Ia mengungkapkan, pengembangan perfilman di Indonesia terkendala kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Selain itu, kendala juga dihadapi untuk regulasi dan manajemen.

“Oleh karena itu, kegiatan untuk mendorong sineas muda sangat didukung karena bagus dan bermanfaat,” kata dia.

Advertisement

CEO CGV Blitz Jeff Lim mengaku bahagia bisa ikut mengembangkan perfilman di Indonesia dan ia mengaku senang kali ini bisa digelar di DIY. “Saya optimistis banyak bakat yang tumbuh di DIY ini untuk turut mengembangkan perfilman di Indonesia,” ujar dia.

Ia mengungkapkan, dalam sebuah film, history atau sejarah merupakan cerita yang penting. Dari sejarah yang dimiliki, hal itu bisa ditarik untuk menjadi cerita dalam film yang sedang dibuat. Melalui pelatihan semacam ini, diharapkan akan banyak insan perfilman yang lahir di Indonesia.

Indonesia memiliki potensi yang besar karena memiliki populasi penduduk yang besar, sedangkan Korea jumlah pendudukanya jauh lebih sedikit.

Advertisement

“Namun, secara produksi film, Korea terus meningkat dan berbanding terbalik dengan Indonesia. Oleh karena itu, kami berharap film-film dari anak muda akan semakin banyak untuk meningkatkan produksi film di Indonesia,” kata dia.

Tahun ini merupakan tahun ke-4 penyelenggaraan Toto’s Film Making Class di Indonesia. Selama pelatihan para peserta mendapatkan ilmu dan pengalaman tentang proses pembuatan film melalui beberapa tahap, mulai dari proses scriptwriting, storyboard, pre-production, shooting, hingga proses pascaproduksi seperti editing, sound and mixing, serta proses marketing dan promosi.

Kelas pelatihan ini dibimbing oleh para sineas profesional dan berpengalaman di dunia perfilman Indonesia seperti Salman Aristo, Arief Ash Shiddiq, Cesa David Luckmansyah, Ardy Octaviand, Wisnu Surya Pratama, Ifa Isfansyah, Ismail Basbeth, Prima Rusdi, Aghi Narottama, Sammaria Simajuntak, dan Anto Sinaga.

Advertisement

Dalam waktu 10 hari seluruh peserta mendapat kesempatan yang sama untuk menelusuri bakat serta minat mereka dalam dunia perfilman dan menemukan tempat yang paling sesuai dengan keinginan mereka.

Kelima kelompok tersebut menghasilkan lima film pendek, yaitu Syarat Kawin karya SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, Genk Nunduk karya SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, Tiket karya SMKN 5 Yogyakarta, Paceklik karya SMA Kolese De Britto Yogyakarta, dan Luka karya SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Semua hasil karya para peserta ditayangkan dan disaksikan bersama-sama pada Minggu (21/8/2016) di CGV blitz Hartono Mall Yogyakarta.

SMA Kolese De Britto dinobatkan sebagai tim terbaik selama kelas pelatihan berlangsung, dan berhak mendapatkan donasi satu set alat pembuatan film mulai dari satu set kamera, komputer iMac, satu set peralatan sound, reflector, tripod, dan lain-lain, yang dapat mereka gunakan untuk mendukung kegiatan produksi film selanjutnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif