Tarif telepon lintas operator dinilai tak sehat.
Solopos.com, JAKARTA – Perbedaan tarif telepon antara sesama jaringan operator dengan lintas operator dinilai terlalu jauh. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, ketimpangan tersebut memicu persaingan tak sehat.
“Ada yang menggratiskan ke sesama operator, tapi ke luar, lain operator biayanya Rp2.000 per menit. Jadi ini tidak sehat, rasionya bisa ribuan kali,” kat Rudiantara seperti dilansir Antara, Kamis (24/8/2016).
Perbedaan tarif yang terlalu banyak membuat industri tidak efisien karena hanya mendorong untuk berkutat pada percakapan sesama operator. Hal ini mempengaruhi perilaku masyarakat yang tidak efisien dengan memiliki lebih dari satu sim card dan satu telpon selular.
“Jadi masyarakat kalau mau telpon Simpati pakai kartu Simpati, kalau XL pakai XL, Indosat pakai Indosat, ini tidak sehat,” lanjutnya.
Ia mengatakan saat ini 350 juta sim card yang beredar di masyarakat, sedangkan pelanggan riilnya hanya 160-170 juta. Artinya setiap pelanggan diperkirakan memiliki dua sim card lebih. Begitu pula jumlah telepon selular yang lebih dari satu.
Menurut Rudiantara, bila bisa dipangkas 100 juta sim card maka akan terjadi penghematan. Belum lagi juga akan mengurangi nilai impor sektor telkomunikasi sehingga defisit perdagangan juga dapat dipangkas dan mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.