Soloraya
Kamis, 25 Agustus 2016 - 20:25 WIB

PERIKANAN SRAGEN : Ratusan Ton Ikan di WKO Mati, Ini Penjelasan Pakar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangkai ikan nila dan mas mengambang di permukaan keramba milik Mitra Usaha di Waduk Kedung Ombo (WKO) sebelah timur, tepatnya di kawasan Ngasinan, Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen, Selasa (24/8/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Perikanan Sragen puluhan ton di Waduk Kedung Ombo ditemukan mati.

Solopos.com, SRAGEN—Pakar perikanan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Agung Budiharjo menilai matinya ratusan ton ikan di Waduk Kedung Ombo (WKO) dikarenakan keracunan zat amoniak. Kandungan amoniak itu berasal sisa pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar waduk dari tahun ke tahun.

Advertisement

”Dilihat dari kondisi fisik, ikan itu mati tidak wajar. Tubuh ikan itu membesar. Mereka mati karena keracunan zat amoniak. Di dalam air waduk itu terkandung kadar amoniak yang tinggi. Indikasinya bisa dilihat dari warna air yang putih keruh,” kata Agung Budiharjo kala dihubungi Solopos.com melalui sambungan telepon, Kamis (25/8/2016).

Agung menjelaskan kandungan amoniak yang tinggi itu berasal dari sisa-sisa protein dari pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar waduk dari tahun ke tahun. Amoniak itu terangkat ke permukaan waduk karena pengaruh perbedaan suhu siang dan malam. Turunnya hujan lebat dan terpaan angin kencang juga membuat amoniak itu teraduk hingga muncul ke permukaan dan meracuni ikan dalam keramba.

Advertisement

Agung menjelaskan kandungan amoniak yang tinggi itu berasal dari sisa-sisa protein dari pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar waduk dari tahun ke tahun. Amoniak itu terangkat ke permukaan waduk karena pengaruh perbedaan suhu siang dan malam. Turunnya hujan lebat dan terpaan angin kencang juga membuat amoniak itu teraduk hingga muncul ke permukaan dan meracuni ikan dalam keramba.

[Baca Juga: Rugi Besar, Warga Tak Kapok Budidaya Ikan di WKO]

”Kemungkinan lain, air waduk itu tercemar limbah. Tapi, kemungkinan itu kecil. Sungai-sungai yang bermuara ke WKO itu hampir tidak ada yang tercemar limbah. Jadi, kemungkinan WKO tercemar limbah itu bisa kita kesampingkan,” jelas Agung.

Advertisement

”Keramba di perairan yang terlalu dangkal itu tidak bagus, terlalu dalam juga tidak bagus. Dari tahun ke tahun, jumlah keramba di WKO itu makin bertambah. Sekarang sudah overload sehingga mendesak untuk dikurangi,” terang Agung.

Baca Juga: Ratusan Ton Ikan di WKO Mati, Ini Penyebabnya

Agung mengakui mengurangi jumlah keramba ikan di WKO bukan perkara mudah. Pengurangan jumlah keramba itu merupakan persoalan kompleks yang tidak sekadar menyangkut kebijakan daerah, tetapi juga terkait hajat hidup para petani ikan dan kalangan pemodal besar. Agung mendesak pemerintah daerah bisa berperan dalam mengurangi jumlah keramba ikan di WKO.

Advertisement

”Makin banyak jumlah keramba ikan di WKO, otomatis akan menambah kandungan amoniak. Kandungan amoniak di WKO itu sudah berskala besar sehingga relatif sulit dinetralkan. Penetralan amoniak itu juga menggunakan bahan kimia sehingga hampir tidak mungkin dilakukan,” jelasnya.

Guna menanggulangi kematian ikan, Agung meminta kalangan petani ikan memindah keramba ke bagian tengah apabila ada terpaan angin kencang. Pemindahan keramba ke lokasi lain itu memang bisa mengakibatkan ikan menjadi stres. Namun, tingkat kematian ikan akibat stres lebih sedikit daripada akibat keracunan amoniak.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif