Soloraya
Kamis, 25 Agustus 2016 - 12:15 WIB

INFLASI JAWA TENGAH : Tekan Inflasi, BI KPW Jateng-DIY Bikin 8 Klaster Bawang Putih

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo,(empat dari kanan), didampingi Kepala Departemen Regional II (Jawa) Bank Indonesia (BI), Dwi Pranoto, (tengah), dan Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY, Iskandar Simorangkir, (kanan), menanam bibit bawang putih pada lahan yang telah disediakan di Lawu Resort Camping Ground Tawangmangu, Rabu (24/8/2016). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Inflasi Jawa Tengah berusaha ditekan dengan pengembangan klaster bawang putih yang diprakarsai oleh BI KPW Jateng-DIY.

Solopos.com, KARANGANYAR – Bawang putih selalu menjadi salah satu penyebab inflasi di Jawa Tengah (Jateng) dari tahun ke tahun. Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berupaya mengendalikan inflasi dengan mengembangkan delapan klaster bawang putih di Jawa Tengah. Delapan klaster itu berada di delapan kabupaten/kota di Jateng, yaitu Karanganyar, Pekalongan, Tegal, Batang, Purbalingga, Temanggung, Magelang, dan Banjarnegara.

Advertisement

“Hasil kajian penyebab inflasi itu dari kelompok makanan yang sering bergejolak. Salah satu penyebab inflasi dipengaruhi komoditas bawang putih. Oleh karena itu inisiasi klaster bawang putih di Jateng,” kata Kepala BI KPW Jateng-DIY, Iskandar Simorangkir, saat memberikan sambutan pada Launching dan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Klaster Program Pengendalian Inflasi Komoditas Bawang Putih di Jateng di Lawu Resort Camping Ground Tawangmangu, Rabu (24/8/2016).

Iskandar menyampaikan keprihatinan bahwa nilai impor bawang putih meningkat dari tahun ke tahun. Kali terakhir sebanyak 95% dari kebutuhan nasional. Padahal menurut dia sebelumnya hanya 20% dari kebutuhan nasional per tahun. Salah satu penyebabnya adalah produksi bawang putih di Jateng menurun dari tahun ke tahun.

Advertisement

Iskandar menyampaikan keprihatinan bahwa nilai impor bawang putih meningkat dari tahun ke tahun. Kali terakhir sebanyak 95% dari kebutuhan nasional. Padahal menurut dia sebelumnya hanya 20% dari kebutuhan nasional per tahun. Salah satu penyebabnya adalah produksi bawang putih di Jateng menurun dari tahun ke tahun.

“Dahulu bisa produksi 145.800 ton pada tahun 1996 di Jateng. Lalu turun menjadi 20.000 ton pada 2015. Padahal Jawa Tengah itu produsen bawang putih nomor dua di Indonesia,” ujar dia.

Oleh karena itu, BI menggandeng sejumlah stakeholder dari pemerintah, swasta, dan akademisi mengembangkan klaster bawang putih. Program itu menggunakan teknologi ramah lingkungan dan pendampingan.

Advertisement

Pengembangan klaster menggunakan metode demplot dan kali pertama uji coba di Tegal. Luas demplot di Tegal 0,3 hektare (ha). Mereka menjajal dua varietas bawang putih, yaitu Lumbu Hijau dan Tawangmangu Baru. Hasil panen varietas lumbu hijau sebanyak 14,8 ton per ha sedangkan Tawangmangu Baru sebanyak 20,7 ton per ha.

Bibit bawang putih varietas Tawangmangu Baru merupakan hasil pengembangan Institut Pertanian Bogor (IPB). “Jateng jadi pusat produksi bawang putih di Indonesia. Swasembada bawang putih,” tutur dia.

Sementara itu, salah satu petani bawang putih di Tawangmangu, Sumadi, menuturkan sejumlah petani di Tawangmangu turun temurun menanam bawang putih. Namun, jumlah lahan yang digunakan untuk menanam bawang putih tidak banyak. Dia beralasan masa tanam hingga panen terlalu lama, yaitu 4 bulan.

Advertisement

“Ya akhirnya lahan diparo-paro. Supaya tetap bisa makan sembari menunggu bawang panen. Hasilnya bagus. Tetapi, menanam di wilayah tinggi dan dingin itu terkendala cuaca,” ungkap dia.

Kepala Departemen Regional II BI, Dwi Pranoto, menyampaikan peran pemerintah kabupaten/kota penting mengatasi kendala petani bawang putih. Dwi menyampaikan sejumlah kendala, yaitu disparitas waktu panen, wilayah tanam, dan manajemen penjualan. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, juga meminta petani maupun pendamping dari dinas teknis memperhatikan agar panen berhasil.

“Teknologi pertanian, dampak penggunaan pupuk, kualitas bibit. Dalam tiga bulan ke depan harus muncul lonjakan program klaster ini.”

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif