Teknologi
Selasa, 23 Agustus 2016 - 01:30 WIB

INOVASI TEKNOLOGI : Detektor Kemurnian Udara D'Box CC Bikin Kagum IEYI

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kabut asap meliputi kawasan perkotaan Padang, Sumatra Barat, Rabu (28/10/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Iggoy el Fitra)

Inovasi teknologi detektor kemurnian udara D’Box CC dibuat oleh siswa-siswa SMA Indonesia.

Solopos.com, TARAKAN — Kotak persegi panjang berwarna biru kehijauan berdimensi 10 cm x 10 cm x 10 cm itu bukan benda biasa. Inovasi teknologi bernama D’Box CC itu adalah detektor kemurnian udara yang sukses mengharumkan nama Indonesia di ajang International Exhibiton for Young Inventors (IEYI) di Tiongkok, Juli lalu 2016 lalu.

Advertisement

Siswa-siswa asal SMA 1 Tarakan, Kalimantan Utara, penemu inovasi teknologi detektor D’Box CC, Aan Arian Nanda, 17, dan Feriawan Tan, 17, mengaku terinspirasi dari kebakaran hutan yang melanda Kalimantan di tahun 2015.

“Penemuan alat kami berawal dari bencana kabut asap di Tarakan di Desember 2015. Kami membuat alat yang mendeteksi konsentrasi gas CO dan CO2,” ujar Aan, seperti dilansir Antara, Senin (22/8/2016).

Advertisement

“Penemuan alat kami berawal dari bencana kabut asap di Tarakan di Desember 2015. Kami membuat alat yang mendeteksi konsentrasi gas CO dan CO2,” ujar Aan, seperti dilansir Antara, Senin (22/8/2016).

Berangkat dari alasan itu, duo pemuda itu sejak November 2015 hingga Mei 2016, bersama guru pembimbing di sekolahnya merancang inovasi teknologi alat pendeteksi kelayakan udara yang sederhana dengan biaya seminimal mungkin.

“Pembuatannya sekitar enam bulan. Dari bulan November 2015 sampai Mei 2016. Tahap yang lama itu melakukan riset, mencari komponen. Lalu untuk menentukan sensor apa yang digunakan. Sementara untuk alat sendiri kami butuh waktu tiga hari untuk lembur,” tutur Feri.

Advertisement

Selain itu, mereka juga membuat aplikasi yang berfungsi menampilkan analisis kelayakan udara secara realtime dalam bentuk grafik, yang diakses melalui komputer.

Feri menjelaskan cara kerja inovasi teknologi D’Box CC. “Ini adalah fan yang berfungsi untuk mengkompresi udara. Di dalam (belakang) fan ada sensor yang membaca data kandungan CO dan CO2 di udara,” kata dia.

“Setelah membaca data, sensor mengirimkan data ke mikro, sebagai otaknya atau prosessornya lah. Dari otaknya itu mengirim data ke sistem. Sistemnya itu ada LED indikator dan layar LED untuk menampilkan data. Ketika menggunakan kabel USB, di sini ada aplikasinya. Jadi, data dikirimkan ke aplikasi,” imbuh Feri.

Advertisement

Kemudian, bila kadar CO2 di udara melebihi batas normal lebih dari 500 ppm dan CO 12,4 ppm, maka akan ada suara peringatan melalui speaker. Feri mengatakan, menghabiskan biaya sekitar Rp529.000 untuk menciptakan inovasi teknologi D’Box CC.

Kendati begitu, dia berharap nantinya inovasi teknologi D’Box CC bisa diproduksi massal, sehingga harga jualnya bisa lebih murah.  “Ke depannya kami ingin alat ini diproduksi massal sehingga harganya bisa lebih murah. Kami juga ingin bisa berguna untuk orang banyak,” kata Aan.

Inovasi teknologi D’Box CC beberapa waktu juga meraih penghargaan dari Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan saat ini sedang dalam pengembangan serta untuk mendapatkan hak paten.  “Kami nantinya ingin alat ini lebih muda dibawa, wireless dan bisa diakses melalui aplikasi mobile,” ujar Feri.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif