Soloraya
Senin, 22 Agustus 2016 - 16:25 WIB

Remaja Klaten Bikin Film Horor Komedi dengan Gotong Royong

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

Remaja Brangkali, Klaten membuat film horor komedi dengan cara bergotong royong.

Solopos.com, KLATEN – Dua orang yang merupakan pasangan sejenis sedang bermesraan di sebuah desa saat malam hari. Setelah beberapa saat mengobrol di sebuah kebun, mereka lantas pulang. Tak disangka, di tengah perjalanan salah satu laki-laki yang menjadi sosok perempuan jadi-jadian ditabrak oleh dua pemuda mabuk berboncengan sepeda motor.

Advertisement

Ia meninggal dunia hingga arwahnya gentangan menjadi sosok pocongan dan membuat warga desa resah. Itulah sepenggal kisah dari film pendek berjudul Dendam si Luna. Film bergenre komedi itu memiliki durasi 15 menit. Film tersebut dibikin pada 2015 lalu.

Film itu merupakan salah satu karya warga Dukuh Brangkali, Desa Sukorini, Manisrenggo. Selain Dendam si Luna, film berjudul Maling Duo Kakap juga diproduksi warga yang tinggal di seberang Kali Woro tersebut awal tahun lalu. Seluruh pemain serta lokasi pembuatan film memanfaatkan potensi yang ada di dukuh setempat.

Advertisement

Film itu merupakan salah satu karya warga Dukuh Brangkali, Desa Sukorini, Manisrenggo. Selain Dendam si Luna, film berjudul Maling Duo Kakap juga diproduksi warga yang tinggal di seberang Kali Woro tersebut awal tahun lalu. Seluruh pemain serta lokasi pembuatan film memanfaatkan potensi yang ada di dukuh setempat.

Adalah M. Ridwan, 21, salah satu mahasiswa ISI Jogja yang mencetuskan ide pembuatan film tersebut. Berbekal ilmu yang diperoleh selama kuliah serta pengalaman membuat film pendek, ia mengajak warga di kampung halamannya untuk membuat film.

“Awalnya itu remaja di kampung saya sering kumpul setiap malam. Kemudian ada ide untuk membuat film. Biar waktu luang diisi dengan kegiatan yang bermanfaat,” kata Ridwan saat ditemui di Dukuh Brangkali, Minggu (21/8/2016).

Advertisement

“Tujuannya untuk menghibur masyarakat sini. Ini juga didasari keinginan saya yang membuat film agar tidak hanya untuk saya pribadi, tetapi bisa dirasakan warga di desa saya. Untuk pemain-pemain ada yang remaja, anak kecil, hingga orangtua. Yang aktingnya bagus, dipilih jadi pemeran utama,” ungkapnya.

Ridwan mengatakan dalam pembuatan film itu ia memanfaatkan peralatan yang dimiliknya. Soal biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan dua film warga kampung tersebut, Ridwan menuturkan lebih irit ketimbang film-film pendek yang pernah ia bikin.

Ia menyebut dua film yang dibikin merupakan hasil gotong royong warga setempat. “Untuk biayanya ya rata-rata sekitar Rp5 juta untuk satu film yang dibuat di sini. Ketika pembuatan film, ada warga yang sukarela memberikan makanan dan minum. Jadinya, filim ini dibuat dari hasil gotong royong,” urai dia.

Advertisement

Meski tak mengeluarkan biaya banyak, kualitas film tersebut tak kalah dibandingkan film-film pendek pada umumnya. Hal itu terbukti dengan hasil pemutaran film terutama berjudul Dendam Si Luna ke sejumlah lokasi di Klaten serta Jogja yang mendapat tanggapan positif. Sejumlah penonton pun berkeinginan untuk memiliki film tersebut.

“Ya sudah laku 40-50 DVD. Satunya dihargai Rp25.000. Hasilnya dimanfaatkan lagi untuk pembuatan film berikutnya,” ungkapnya.

Ridwan berkeinginan untuk membikin film lagi dengan memanfaatkan potensi pemain serta lokasi syuting yang ada di kampung halamannya. “Inginnya mau bikin Dendam Si Luna 2 karena respons di luar bagus,” katanya.

Advertisement

Salah satu warga yang juga berakting dalam film garapan warga Dukuh Brangkali, Supriyadi, 24, mengatakan proses pembuatan film cukup menyenangkan. Dari situ, ia belajar banyak terkait proses pembuatan sebuah film.

Pria yang mengaku bekerja sebagai pramuniaga itu tak memiliki ilmu atau pengalaman berakting. “Ya belajarnya lihat-lihat saja. Harapannya bisa ikut proses pembuatan film lagi untuk yang komedi,” katanya.

Supriyadi menjelaskan pembuatan Dendam Si Luna itu saat Ramadan. Hampir saban malam hingga subuh warga desa setempat disibukkan kegiatan untuk membuat film. “Jadi, setiap habis tarawih sampai subuh itu film dibuat,” ungkapnya.

Advertisement
Kata Kunci : Remaja Klaten
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif