Jatim
Senin, 22 Agustus 2016 - 20:05 WIB

PESANTREN PONOROGO : Menag: Ada 3 Ciri Khas Pondok Gontor

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dan Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin beserta pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor saat mengikuti pembukaan Peringatan 90 Tahun Pondok Gontor, Sabtu (20/8/2016). (gontor.ac.id)

Pesantren ponorogo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut ada tiga ciri khas Pondok Gontor dibanding pondok pesantren lainnya.

Madiunpos.com, PONOROGO — Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, memberikan ucapan pada Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor. Bagi Menag yang merupakan alumnus Pondok Gontor 1983 itu, Pondok Gontor memiliki tiga ciri khas yang berbeda dibandingkan pondok pesantren lain yaitu kedisiplinan, keikhlasan, dan keberkahan.

Advertisement

Dalam sambutannya di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) Gontor, Sabtu (20/8/2016), Lukman Hakim Saifuddin yang mewakili seluruh alumni Pondok Gontor mengucapkan terima kasih atas kunjungan Wapres Jusuf Kalla yang bersedia hadir dalam pembukaan Peringatan 90 Tahun Pondok Gontor.

“Kehadiran Wapres di sini merupakan simbol hadirnya negara di tengah-tengah kita, keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai dukungan secara nyata sekaligus bentuk apresiasi dan ras terima kasih kepada Pondok Gontor yang telah berkontribusi bagi negara,” kata dia yang dikutip Madiunpos.com dari laman resmi gontor.ac.id, Senin (22/8/2016).

Advertisement

“Kehadiran Wapres di sini merupakan simbol hadirnya negara di tengah-tengah kita, keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai dukungan secara nyata sekaligus bentuk apresiasi dan ras terima kasih kepada Pondok Gontor yang telah berkontribusi bagi negara,” kata dia yang dikutip Madiunpos.com dari laman resmi gontor.ac.id, Senin (22/8/2016).

Dia mengatakan dalam sebuah hadits berbunyi bahwa ada dua kelompok di tengah-tengah masyarakat yang ketika keduanya baik maka baik pula masyarakatnya. Tetapi, jika keduanya atau salah satunya rusak maka rusak pula masyarakatnya. Kedua kelompok itu adalah ulama dan umara atau pemimpin.

“Saya bersyukur karena usia 90 tahun bukanlah usia yang pendek bagi sebuah lembaga pendidikan pesantren, tasyakkur 90 tahun ini haruslah kita isi dengan muhasabah atau evaluasi terhadap perjalanan 90 tahun pondok ini. Muhasabah itu isinya hanya dua yaitu melihat kelebihan yang kita miliki untuk kita jaga dan kita kembangkan serta mengetahui kekurangan kita dengan harapan smeua kekurangan itu bisa diperbaiki dikemudian hari,” terang dia.

Advertisement

Menurut dia, kedisiplinan yang menjadi ciri khas Pondok Gontor tidak termasuk unsur-unsur yang diambil dari keempat sintesanya yaitu Al-Azhar, Syanggit, Aligarh, dan Santiniketan. Kedisiplinan ini asli pemikiran dari pendiri Pondok Gontor. Jadi para pendiri pondok ini menemukan sesuatu yang perlu diterapkan dan ditekankan karena sadar dengan realitas di negara ini.

“Para santri yang belajar di Pondok Gontor sangat beragam. Mereka tidak hanya datang dari Jawa, tetapi ada yang dari Kalimantan, Sumatra, Selawesi, Nusa Tenggara, Bali, Papua, bahkan ada santri dari luar negeri. Mereka memiliki latar belakang budaya, tradisi, kebiasaan, dan etnis yang sangat beragam,” terang Lukman.

Menurut Lukman, keragaman tersebut harus disikapi dengan bijak dan arif. Dia menganggap para pendiri Pondok Gontor sangat arif dalam menyikapi keragaman tersebut. keragaman tersebut disikapi hingga diperlukan ada kesamaan cara pandang dalam hidup bersama di Pondok Gontor. Atas dasar itu dibuatlah aturan dan disiplin untuk menyamakan cara pandang santri.

Advertisement

Selama 24 jam dan setiap hari, kata dia, seluruh santri yang beragam tersebut hidup bersama sehingga mereka belajar memaknai keragaman ini dalam kehidupan bersama. “Saya mendapatkan dua hal penting dalam kehidupan bersama santri-santri yang beragam itu. pertama, hidup dengan kemandirian yang artinya setiap santri harus bisa mengurus dirinya sendiri dan kedua memiliki kepekaan terhadap kondisi orang lain yaitu temannya yang lain sesama santri,” kata dia.

Keunggulan kedua dari Pondok Gontor, kata Lukman, yaitu keikhlasan. Keikhlasan ini merupakan hal mendasar yang ditunjukkan para pendiri pondok yang menular kepada semua guru dan santri. Di Pondok Gontor memiliki kaidah metodologi lebih penting dari materi, namun guru lebih penting dari metodologi, akan tetapi jiwa yang dimiliki seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri.

Dia menegaskan Pondok Gontor sebenarnya mencetak para pendidik atau guru, untuk itulah sekolah di sini dinamakan Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI). “KH Imam Zarkasyi selalu mengatakan bahwa santri Gontor itu bisa menjadi apa saja. Namun, yang jelas apapun profesinya, dia tetap seorang pendidik atau guru dan berjiwa guru. Jiwa guru atau ruhul mudarris itulah yang mendasari keikhlasan,” kata dia.

Advertisement

Untuk ciri khas ketiga, yaitu keberkahan. Lukman menyampaikan berkah itu bisa didapat karena adanya harakah atau gerakan. Berkah itu mutlak dari Allah, namun berkah bisa diusahakan melalui gerakan karena seluruh aktivitas di Gontor berorientasi kepada kemaslahatan sesama. Untuk itulah di Gontor sering disampaikan di dalam setiap gerakan itu ada berkah.

Lebih lanjut, Lukman menyampaikan hampir seluruh mata pelajaran di Pondok Gontor selalu diisi dengan hal-hal yang memotivasi dan menginspirasi para santri. Selain itu juda dapat menanamkan rasa percaya diri di dalam diri para santri. Pada akhirnya santri sangat terpacu untuk berkreasi dan berinovasi melakukan atifitas beragam dan dari aktifitas itu muncul gerakan-gerakan yang mendatangkan keberkahan.

“Demikianlah tiga hal yang menjadi ciri khas Pondok Gontor,” jelas Lukman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif