Jogja
Senin, 22 Agustus 2016 - 11:20 WIB

PAMERAN SENI JOGJA : Wang Sinawang Melihat Orang Lain

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua orang pengunjung sedang menuangkan harapan dan keinginannya ke dalam beberapa foto yang ditampilkan dalam presentasi seni rupa di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Pada Sabtu (20/8/2016) malam. (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Pameran seni Jogja bertajuk “Wang Sinawang” digelar di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK)

Harianjogja.com, BANTUL--Saling memandang saling memperhatikan mencoba diwujudkan ke dalam bentuk karya seni rupa bertajuk “Wang Sinawang”.

Advertisement

Sejumlah seniman berkolaborasi menampilkan karyanya di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), yang terletak di Dusun Kembaran, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul pada Sabtu (20/8/2016) malam. Dalam Presentasi tersebut menampilkan beberpa karya rupa berbentuk, foto dan video.

Salah seorang Kurator, Wisnu Yudha Wardana menerangkan tema yang diambil dalam presentasi seni ini adalah berasal dari filosofi Jawa tentang bagaimana seseorang saling memandang dan saling memperhatikan, yang dalam bahasa Jawa terkenal dengan kalimat wang sinawang.

Yudha, begitu ia biasa dipanggil menjelaskan sifat dasar manusia adalah membandingkan diri dengan orang lain. Menurutnya membandingkan diri dengan orang lain itu menjadi suatu hal yang positif, jika menjadikanya sebagai bahan memperbaiki diri.

Advertisement

Namun menurut Yudha akan menjadi negatif jika yang terjadi adalah membandingkan diri sendiri dengan orang lain untuk mengasihani diri sendiri serta menemukan alasan untuk tidak melakukan apa-apa.

Dia mengartikan hal itu merupakan ajakan untuk bersyukur dalam kondisi apapun. “Dalam kondisi apapun kita berada, selalu ada saja orang yang lebih sedih dan lebih bahagia dari pada kita,” paparnya.

Lebih lanjut Yudha mengatakan tubuh manusia adalah sesuatu yang unik dan tidak ada duanya. Namun menurutnya tubuh malah sering digunakan sebagai pembanding ataupun ukuran karena sifatnya yang terukur.

Advertisement

Tubuh menjadi medan pertempuran bagi produk-produk baik yang bersifat kasat mata atau tidak. Sehingga kemudian yang terjadi adalah semua bagian tubuh menjadi ingin menjadi yang paling ideal.

Dia mencontohkan seperti fenomena yang terjadi di dalam media sosial. Bahwa orang-orang ingin tampil lebih cantik, lebih mancung, lebih tirus dan lain sebagainya dengan menggunakan aplikasi tertentu.

Bersama para seniman lain ia kemudian menggabungkan semua harapan dan keinginan tersebut. “Ya jadilah seperti ini,” kata Yudha sambil menunjukan sebuah gambar seorang pria dengan tubuh aslinya dengan gambar yang sudah diedit sesuai dengan harapan dan keinginan banyak orang.

“Unik sih jadinya, jadi enggak karuan gitu mukanya,” kata seorang pengunjung bernama Dhina Sidhika.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif