Jogja
Minggu, 21 Agustus 2016 - 06:20 WIB

KIRAB DI MALIOBORO : Pawai Pembangunan Jadi Hiburan Alternatif Warga Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Staf Museum Jogja Kembali mengikuti Pawai Pembangunan 2016 seperti saat melintas di sepanjang Jalan Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (20/08/2013). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

KIrab di Malioboro yakni pawai pembangunan yang digelar Sabtu (20/9/2016)

Harianjogja.com, JOGJA- Pawai pembangunan digelar Pemerintah DIY, di sepanjang Jalan Malioboro, Sabtu (20/8/2016).

Advertisement

Ribuan motor terparkir di kawasan titik nol kilometer. Dengan merogoh kocek Rp3.000 untuk parkir sebagian besar warga lokal Jogja berbondong-bondong menuju kawasan Malioboro menggunakan roda dua.

Tetapi mereka bukan untuk berbelanja, melainkan berdiri berjajar di pinggir jalan guna menyaksikan deretan peserta pawai pembangunan. Hampir sebagian besar peserta pawai memang sudah sering tampil dan menjadi pemandangan yang biasa bagi sebagian orang, akantetapi masih memiliki magnet yang luar biasa.

Advertisement

Tetapi mereka bukan untuk berbelanja, melainkan berdiri berjajar di pinggir jalan guna menyaksikan deretan peserta pawai pembangunan. Hampir sebagian besar peserta pawai memang sudah sering tampil dan menjadi pemandangan yang biasa bagi sebagian orang, akantetapi masih memiliki magnet yang luar biasa.

Terbukti, agenda tahunan ini mampu menyihir ribuan warga. Lautan manusia serentak meninggalkan Jalan Malioboro setelah acara benar-benar selesai.

Acara pawai rupanya menjadi ‘alasan’ bagi warga lokal untuk datang ke kawasan Malioboro. Seperti yang dirasakan Rizna, 40, warga Jalan Bantul, Gedongkiwo, Mantrijeron, Kota Jogja. Sore kemarin ia datang bersama suami dan balitanya.

Advertisement

Ia tergolong warga Jogja yang secara khusus jarang berlibur ke kawasan Malioboro kecuali untuk kepentingan tertentu. Baginya pawai itu menjadi hiburan alternatif. Mereka bertiga rela berjejalan di tengah ribuan orang demi memenuhi hasrat siapa yang sedang berjalan dalam iringan pawai dan apa yang mereka pertontonkan.

“Jarang [datang ke Malioboro], ini karena ada pameran,” ujar dia saat berbincang dengan Harianjogja.com, di depan Gedung Agung, Sabtu (20/8/2016).

Advertisement

Setelah berdiri cukup lama nyaris satu jam, keluarga ini memutuskan untuk menepi dan duduk menjauh dari kerumunan massa. Ia mendapatkan informasi akan adanya pameran justru bukan dari kalangan pemerintah atau informasi lainnya, melainkan dari seorang rekannya dari TNI AU. Karena kebetulan perwakilan TNI AU menampilkan Drumb Band dari Akademi Angkatan Udara (AAU).

Sembari menyuapi makan anaknya, Rizna kembali beranjak. Berusaha menjawab rasa penasaran karena pembawa acara yang memberikan informasi dengan penuh semangat. Rupanya akan ada sebuah ular naga Barongsari yang akan melintas. Naga berhias warna hijau menampilkan sejumlah atraksi ringan namun cukup menghibur ribuan warga.

Pelaksanaan pawai tersebut berlangsung sejak pukul 15.00 WIB, para peserta melakukan kirab dari kawasan Taman Parkir Abu Bakar Ali melintasi sepanjang Jalan Malioboro.

Advertisement

Bersambung halaman 3

Setibanya di depan Gedung Agung atau kawasan nol kilometer Jogja, setiap kelompok pawai diberikan kesempatan untuk melakukan atraksi di depan para pejabat yang berada di atas panggung sisi barat jalan. Setiap peserta tampil antara satu hingga dua menit.

Para peserta pawai didominasi warga, sejumlah kelompok bergodo seakan menjadi tontonan wajib dalam karnaval tersebut. Atlet sepatu roda usia dini juga ikut ambil bagian. Mereka menampilkan kemampuannya berjalan dengan tumpuan sepatu roda. Uniknya tidak menggunakan pakaian atlet, tetapi justru berkostum pakaian adat nusantara.

Pawai itu diikuti sekitar 2.400 orang peserta. Mereka tergabung dalam 53 kontingen. Pawa itu digelar dalam rangka Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke-71. Selain peserta pejalan kaki seperti marching band, prajurit bergoro dan atraksi olahraga. Peserta juga menampilkan atraksi seni budaya dan sejumlah kendaraan hias.

Pawai itu diklaim sebagai Pemerintah DIY sebagai aktualisasi semangat proklamasi dan pembangunan. Karena tidak hanya menampilkan seni budaya, namun juga sektor pendidikan dan kesehatan.

“Kami harapkan kegiatan ini sekaligus promosi [para peserta dengan penampilannya,” ungkap Kabid Humas Dinas Komunikasi dan Informasi Pemerintah DIY Herwanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif