Soloraya
Jumat, 19 Agustus 2016 - 18:15 WIB

PENDIDIKAN KLATEN : Duh, 50% Guru SD di Kabupaten Bersinar Belum Melek Teknologi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah guru SD belajar mengoperasikan komputer guna menunjang sistem penilaian kurikulum 2013 di gedung Persatuan Guru Republik Indoneia (PGRI) Klaten, Jumat (19/8/2016). Saat ini, jumlah guru SD yang belum melek teknologi dinila masih banyak. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Pendidikan Klaten, mayoritas guru SD di Klaten belum melek teknologi.

Solopos.com, KLATEN–Sebanyak 50 persen dari jumlah keseluruhan guru sekolah dasar (SD) di Kabupaten Bersinar belum melek teknologi. Hal ini dinilai menjadi kendala tersendiri bagi Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten dalam mengembangkan dunia pendidikan di Kabupaten Bersinar.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, jumlah SD negeri dan swasta di Klaten mencapai 779 sekolah. Dari jumlah tersebut, guru SD yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) mencapai 4.192 orang. Di sisi lain, jumlah guru honorer dan guru swasta di Klaten mencapai ribuan orang.

“Dari jumlah guru SD yang ada, 50 persennya bisa dikatakan belum melek teknologi. Makanya mulai saat ini kami mendorong para guru SD agar belajar teknologi. Di tahun ini, kami akan mengadakan kursus mengoperasikan komputer sekitar September atau Oktober mendatang. Paling tidak, belajar menghidupkan komputer, mengoperasikan aplikasi microsoft word, excel, power point, dan cara mem-browsing Internet,” kata Kepala Seksi (Kasi) TK dan SD Disdik Klaten, Suroyo, saat ditemui wartawan di sela-sela Worskshop Pengembangan Kurikulum SD Klaten 2016 di gedung Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Klaten, Jumat (19/8/2016).

Suroyo mengatakan kondisi belum melek teknologi sering kali juga terjadi di kalangan kepala sekolah dan pengawas. Masih banyaknya tenaga pendidik yang belum melek teknologi mengakibatkan kualitas SD negeri kesulitan menyamai kualitas SD swasta favorit.

Advertisement

“Kursus komputer sudah kami lakukan dalam tiga tahun terakhir ini. Yang paling penting kami tekankan saat kursus komputer berlangsung, yakni minat dari tenaga pendidik untuk bisa mengoperasikan komputer. Tenaga pendidik yang belum melek teknologi itu biasanya sudah produk lama [berusia tua],” katanya.

Tim Pengembangan Kurikulum 2013 Klaten, Sihono, mengatakan ketrampilan mengoperasikan komputer dapat menunjang pembelajaran terhadap peserta didik. Hal itu termasuk mendukung pola penilaian harian dan penilaian semester peserta didik.

“Dalam konsep penilaian kurikulum 2013 ini juga disediakan aplikasi penilaian sebagai alat bantu. Bisa dibayangkan, ketika penilaian 40 peserta didik secara manual bisa menghabiskan setengah bulan. Kalau dikerjakan dengan aplikasi, bisa rampung dua hari. Jadi, teknologi informasi itu mestinya bisa membantu para tenaga pendidik. Terkait masih adanya tenaga pendidik yang belum memahami teknologi, lebih baik tiap gugus SD di masing-masing daerah bisa mengadakan pelatihan-pelatihan secara rutin,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif