Jateng
Kamis, 18 Agustus 2016 - 13:50 WIB

KEKERASAN TERHADAP WARTAWAN : Tentara Keroyok 2 Wartawan di Medan, Demonstrasi Digelar di Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan wartawan dari berbagai media massa di Semarang menggelar demonstrasi di ruas Jl. Pahlawan, Kota Semarang, Kamis (18/8/2016). Aksi ini digelar sebagai buntut tindak kekerasan yang dialami wartawan di Medan, Sumatra Utara, beberapa waktu lalu. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kekerasan terhadap wartawan di Medan menimbulkan keprihatinan wartawan di berbagai daerah, termasuk Kota Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Puluhan wartawan di Semarang menggelar aksi keprihatinan atas kekerasan yang dilakukan tentara terhadap wartawan di Medan, Sumatra Utara. Dalam demonstrasi itu, puluhan wartawan Semarang bergantian melakukan orasi dan membentangkan spanduk di depan patung Pangeran Diponegoro, Jl. Pahlawan, Kota Semarang, Rabu (18/8/2016).

Advertisement

Dalam orasi itu, para jurnalis ibu kota Jateng ini mengecam aksi kekerasan yang dilakukan aparat TNI AU terhadap wartawan Tribun Medan, Array Agus, dan wartawan MNC TV, Andi Syafrin. Saat itu, keduanya tengah menjalankan tugasnya meliput aksi demonstrasi warga terkait sengketa lahan.

Kedua wartawan tersebut awalnya meliput aksi unjuk rasa warga Sarirejo yang ingin mempertahankan tanah mereka yang ingin dijadikan rusunawa. Namun, tanpa diduga sebelumnya, Array, Andri Safrin, dan beberapa wartawan Medan lainnya mendadak diserang tentara yang mestinya melindungi rakyat Indonesia dari musuh negara itu dengan menggunakan kayu, pentungan, tombak, dan senjata laras panjang.

Advertisement

Kedua wartawan tersebut awalnya meliput aksi unjuk rasa warga Sarirejo yang ingin mempertahankan tanah mereka yang ingin dijadikan rusunawa. Namun, tanpa diduga sebelumnya, Array, Andri Safrin, dan beberapa wartawan Medan lainnya mendadak diserang tentara yang mestinya melindungi rakyat Indonesia dari musuh negara itu dengan menggunakan kayu, pentungan, tombak, dan senjata laras panjang.

Sebagian wartawan berhasil menghindar dari tindak keji tentara menarik, memukuli, serta menginjak-injak wartawan yang motabene bagian tak terpisahkan dari warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Malang bagi Array dan Andri Safrin yang menjadi bulan-bulanan warga negara yang dengan pajak rakyat diongkosi melatih fisik dan kecekatan mereka dalam mempertahankan negara.

“Selama ini kami, selaku wartawan, dengan TNI dan polisi adalah mitra kerja. Kami enggak perlu ditendang, cukup dikasih tahu dengan baik-baik. Toh, kami juga bekerja dengan dilindungi undang-undang,” ujar koordinator aksi unjuk rasa itu, Damar Sinuko, seusai melakukan orasi.

Advertisement

Oleh karenanya, ia pun mengutuk kekerasan yang kembali menyasar kepada wartawan itu. Ia berharap kekerasan semacam itu tidak terulang lagi.

Selain mengecam tindak kekerasan aparat pertahanan negara terhadap wartawan itu, para jurnalis Semarang juga menyuarakan tuntutan agar petinggi TNI segera turun tangan mengusut tuntas kasus tersebut. Mereka ingin pelaku tindak penganiayaan kepada dua wartawan Medan diadili secara hukum.

“Kami meminta pelaku diusut tuntas, bukan institusinya [TNI AU], tapi lebih ke pelakunya agar bisa menjadikan pelajaran baik bagi anggota TNI maupun wartawannya,” ujar Damar.

Advertisement

Aksi unjuk rasa para wartawan Semarang ini berlangsung dengan damai. Setelah melakukan orasi dan membentangkan spanduk, puluhan wartawan Semarang itu kemudian membentangkan kartu identitas persnya di bawah patung Pangeran Diponegoro. Aksi itu dilakukan sebagai simbol solidaritas sesama pekerja media massa.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif