Jogja
Rabu, 17 Agustus 2016 - 18:29 WIB

HUT KEMERDEKAAN RI : Upacara di Kotagede, Mengenang Cikal Bakal Kota Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Upacara bendera HUT Kemerdekaan RI ke-71 di Lapangan Karang, Prenggan, Kotagede, Kota Jogja, Rabu (17/8/2016). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

HUT Kemerdekaan RI di Kotagede digelar dengan berbagai kegiatan

Harianjogja.com, JOGJA – Komunitas Seribu.org kembali menggelar kegiatan bertajuk Seribu Cita Satu Indonesia (SCSI) dalam peringatan Hari Kemerdekaan RI. Setelah dua tahun menggelar di wilayah Sleman, pada HUT Kemerdekaan RI ke-71 kali ini dihelat di Lapangan Karang, Prenggan, Kotagede, Kota Jogja, Rabu (17/8/2016).

Advertisement

Kristianus Nugroho, Koordinator Acara SCSI 2016 menjelaskan, pihaknya sengaja mengambil tempat di Lapangan Karang karena Kotagede merupakan cikal bakal Kota Jogja. Selain itu di Kotagede juga dapat ditemukan suatu tatanan pemerintahan terdahulu yang menggambarkan empat lokasi vital dalam sosial kemasyarakatan.

“Kalau sekarang kita ada keraton sebagai pusat pemerintahan, Masjid Gede [kauman] sebagai pusat religius, alun-alun utara sebagai simbol berkumpulnya masyarakat dan pasar beringharjo sebagai pusat ekonomi warga. Nah di Kotagede ini juga ada,” terangnya saat ditemui, Rabu (17/8/2016).

Advertisement

“Kalau sekarang kita ada keraton sebagai pusat pemerintahan, Masjid Gede [kauman] sebagai pusat religius, alun-alun utara sebagai simbol berkumpulnya masyarakat dan pasar beringharjo sebagai pusat ekonomi warga. Nah di Kotagede ini juga ada,” terangnya saat ditemui, Rabu (17/8/2016).

Sedangkan di Kotagede, kata dia, ada Watu Gilang yang dahulu sebagai pusat pemerintahan, lalu Masjid Raya Kotagede sebagai pusat religius. Selain itu ada sebuah kampung bernama kampung alun-alun sebagai pusat aktifitas warga dan Pasar Kotagede sendiri sebagai aktifitas ekonomi warga.

Dalam peringatan kali ini, pihaknya melakukan kirab budaya catur gotro manunggal dengan membawa empat tumpeng pada Rabu (17/8/2016) sore dengan start di Watugilang dan finish di Lapangan Karang.

Advertisement

Tumpeng itu tidak dibawa sejak awal, melainkan, setiap keempat titik simbol tata pemerintahan itu diberi satu tumpeng. Selanjutnya peserta kirab membawa secara estafet keempat tumpeng dengan paling belakang disertai bendera merah putih.

“Keempat tumpeng dibawa ke Lapangan dilanjutkan dengan kembul bujono [makan bersama],” imbuh dia.

Advertisement

Menurutnya, keempat simbol yang berada di Kotagede itu belum banyak diketahui warga. Ia sengaja dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71 kali ini berusaha mengingatkan kembali nilai historis yang menjadi bagian dari perjalanan bangsa Indonesia.

“Kami tahun ini tidak ingin hanya masif saja, tetapi juga ingin benar-benar menghayati esensi dari kemerdekaan. Jangan hanya terlena dengan hal-hal yang viral, atau mengundang banyak orang namun justru esensi dari acara menjadi hilang,” urai pria yang biasa disapa Krispatce ini.

Sebelum melakukan kirab, pada Rabu (17/8/2016) siang, komunitas ini menggelar upacara detik-detik proklamasi di Lapangan Karang. Prosesi upacara dilaksanakan seperti upacara pada umumnya meski hanya dengan 12 peserta.

Advertisement

Sebanyak 70 bendera dan satu bendera berukuran besar menjadi penghias acara tersebut. Tetapi puluhan bendera itu telah dikibarkan terlebih dahulu sebelum upacara dimulai.

Sementara itu, Krispatce mengatakan, pada Rabu (17/8/2016) malam juga digelar malam refleksi. Sebanyak 1.000 lilin dipijarkan di tengah lapangan dengan membentuk angka 71.

Adapun alas lilin tersebut ada besek yang biasa dijadikan sebagai wadah makanan kenduri oleh masyarakat. Selain itu menampilkan tarian bertajuk Wisnu Jangkah yang berisi harapan Indonesia ke depan. “Ini sesuai dengan tema kami kenduri pelita negeri,” tegas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif