News
Senin, 15 Agustus 2016 - 11:00 WIB

Semester I, Ekspor Kota Solo Terus Menurun, Ini Sebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas ekspor di pelabuhan. (JIBI/Solopos/Dok.)

Nilai ekspor Kota Solo terus menurun karena kondisi lesunya ekonomi dunia.

Solopos.com, SOLO—Nilai ekspor Kota Solo terus menurun pada semester satu. Hal ini karena dipengaruhi lesunya ekonomi dunia.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, Sri Redjeki Sapardina Kusumo Wardani, mengatakan nilai ekspor paling tinggi terjadi pada Januari yang mencapai US$3,01 juta yang paling banyak disumbang oleh tekstil dan produk tekstil (TPT). Nilai ini terus merosot hingga hanya US$1,34 juta pada Juni.

“Semester I tahun ini terus menurun dari bulan ke bulan yang dipengaruhi oleh melemahnya ekonomi dunia,” ungkap wanita yang akrab disapa Dina ini saat ditemui dengan Solopos.com, Jumat (12/8/2016).

Nilai ekspor semester I hanya sekitar US$12,08 juta dengan volume mencapai 2,59 juta kg. Padahal triwulan pertama tahun lalu, realisasi sudah mencapai US$11,001 juta dengan 1,7 juta kg. Produk TPT dan batik terus mengalami penurunan jumlah ekspor sejak Februari. Di bulan kedua tahun ini tercatat ekspor sebanyak 73.610,96 kg dengan nilai US$1,33 juta menjadi tinggal 15.274,77 kg atau senilai US$289.936,1.

Advertisement

Batik juga mengalami fluktuasi ekspor, dari US$998.925,3 dengan volume 60.537,62 kg pada Januari. Sempat turun menjadi US$413.481,6 sebanyak 22.018,07 kg tapi pada April tapi kinerja kemudian membaik pada Juni menjadi US$756.824,7 dengan volume 55.095,63 kg.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Liliek Setiawan, mengakui pasar internasional saat ini sedang lesu sehingga tidak banyak ekspor yang dilakukan. Oleh karena itu, pengusaha TPT saat ini mulai fokus menggarap pasar dalam negeri seiring dengan meningkatkan pendapatan per kapita sehingga daya beli masyarakat meningkat.

Mebel kayu dan mebel rotan juga mengalami fluktuasi dengan kinerja ekspor terbaik pada April sebanyak 31.061 kg atau US$61.397,26 dan kinerja terendah pada Februari yang hanya 8.690 kg senilai US$16.005,31. Begitu pula ekspor mebel rotan yang mengalami ekspor paling banyak pada Februari senilai US$175.903,08 seberat 39.882,89 kg dan terendah pada Mei yang hanya US$6.073,78 atau 1.390 kg.

Advertisement

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soloraya, Adi Dharma Santoso, mengatakan ekspor mebel Indonesia saat ini kalah dengan Vietnam, India, dan Tiongkok. Dia menyampaikan kinerja ekspor mengalami fluktuasi tapi hal ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Meski begitu, pertumbuhan yang ada belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, HIMKI saat ini berupaya untuk juga fokus menggarap pasar dalam negeri supaya tetap bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif