Jogja
Senin, 15 Agustus 2016 - 17:55 WIB

BUNGA KREDIT : Bunga Single Digit Jadi Momok BPR

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang tunai rupiah. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Bunga kredit yang ditetapkan single digit menjadi momok bagi BPR

Harianjogja.com, JOGJA-Tahun 2016 seakan menjadi momok bagi industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Selain karena beberapa kebijakan yang dirasa semakin menyudutkan kalangan perbankan di sektor mikro ini, kemunculan suku bunga single digit yang ditetapkan pemerintah semakin membuat BPR terhimpit.

Advertisement

Sejak awal tahun, bank pelat merah di Indonesia telah menurunkan suku bunganya ke level 9%. Sebelumnya, suku bunga yang ditetapkan lebih tinggi, yakni di angka 12%.

Tahun depan, pemerintah berencana menurunkan lagi suku bunganya menjadi 7%. Kebijakan ini membuat kalangan BPR harus banting tulang mempertahankan industri yang mereka geluti.

“Mau di bawa ke mana industri [BPR] ini,” kata Ketua Perhimpunan BPR Indonesia (Perbarindo) DIY, Ascar Setiyono, Minggu (14/8/2016).

Advertisement

Ia mengatakan, untuk menurunkan suku bunga layaknya suku bunga yang ditetapkan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Mandiri, tentu harus memperhitungkan sumber dana yang dihimpun.

Selama ini, porsi untuk deposito dan tabungan masih didominasi deposito yang notabene dikenal sebagai dana mahal karena bunganya yang tinggi. Belum ditambah adanya iuran yang harus dibayarkan BPR.

Menurutnya suku bunga single digit cukup menggerus pasar BPR yang berasal dari kalangan mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kondisi ini akan semakin diperparah jika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merealisasikan rencananya menaikkan status lembaga keuangan mikro (LKM) menjadi BPR.

Advertisement

“Tentu persaingan akan semakin ketat. Dimungkinkan kami akan kolaps wong sekarang saja sudah sulit,” kata Ascar.

Kondisi industri BPR saat ini menurutnya memang terasa berat. Namun, menurutnya BPR harus mau menerima kenyataan dan menyikapinya. BPR terdesak untuk beradaptasi dengan kondisi perbankan yang dihadapi saat ini.

Ia pun meminta kepada pelaku industri BPR untuk menyesuaikan keadaan dengan cara menggali dana murah agar mampu menciptakan kredit pada level single digit. “BPR suatu saat nanti harus bisa menggelontorkan kredit murah dengan sumber dana murah,” harapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif