Soloraya
Jumat, 12 Agustus 2016 - 22:40 WIB

PERTANIAN KLATEN : Petani Tembakau Berpeluang Merugi Puluhan Juta Rupiah Per Hektare, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani tembakau asal Dusun Kebonluwak, Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Cipto Suparmo, 78, mengecek tanaman tembakau yang terkena penyakit kerupuk akibat curah hujan tinggi, Senin (2/8/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, petani tembakau berpeluang merugi hingga puluhan juta rupiah.

Solopos.com, KLATEN–Ribuan petani di Klaten berpeluang merugi hingga puluhan juta rupiah di musim tanam (MT) tembakau saat ini. Hal itu disebabkan kondsi cuaca yang tak menentu dalam beberapa bulan terakhir.

Advertisement

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten, Kadarwati, mengatakan masih berlangsungnya musim hujan saat ini mengakibatkan perkembangan tanaman tembakau tak maksimal. Tanaman tembakau mengalami liyer alias layu.

“Dari segi cuaca, jelas tak mendukung karena tekanan udara dan anginnya cukup kencang. Hal itu tidak bagus untuk pertumbuhan tanaman tembakau. Daun tembakau mudah rusak karena layu. Di sisi lain, serangan hama ulat juga masih ada. APTI Klaten berharap dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) ke depan lebih memihaki petani tembakau lagi,” katanya saat ditemui wartawan di Pokak Kecamatan Ceper, Jumat (12/8/2016).

Kadarwati mengatakan total lahan pertanian di Kabupaten Bersinar yang ditanami tanaman tembakau seluas 80 hektare. Jumlah tersebut berkurang drastis dibandingkan musim tanam tembakau di tahun lalu yang mencapai 100 hektare. Jenis tanaman tembakau yang biasa ditanam di Klaten, yakni tembakau rajangan, tembakau asapan, dan tembakau suncured.

Advertisement

“Terjadinya penurunan jumlah areal tembakau itu juga disebabkan kondisi cuaca yang tak menentu ini. Kalau dilihat dari jumlah petani tembakau di Klaten lumayan banyak juga. Yang jelas, peluang kerugian yang dialami petani tembakau ketika terjadi gagal panen berkisar Rp25 juta per hektare. Kalau sinar mataharinya tidak ada terus [masih berlangsung hujan], peluang kerugian itu semakin nyata,” katanya.

Hal senada dijelaskan salah satu petani tembakau asal Manisrenggo, Klaten, Siswanto, 50. Selama ini, Siswanto sudah menanam tanaman tembakau hampir seluas satu hektare.
“Usia tanaman tembakau saya berkisar 40 hari. Memang saat ini masih sering hujan makanya tanaman tembakau tak optimal [pertumbuhannya]. Kami berharap, musim hujan segera berakhir agar tanaman tembakau bisa berkembang optimal. Di usia 40 hari seperti ini, saya sudah mengeluarkan biaya operasional lumayan [puluhan juta rupiah],” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif