Jogja
Jumat, 12 Agustus 2016 - 12:40 WIB

Komunitas Peduli Bengawan Solo Belajar di Kali Code

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kegiatan bersih-bersih Kali Code oleh puluhan relawan, Rabu (30/3/2016) pagi. (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Komunitas peduli Bengawan Solo  melakukan studi banding dengan pemerti Kali Code dan Kali Winongo di Jogja, Kamis (11/8/2016)

Harianjogja.com, JOGJA-Kesuksesan penataan Kali Code dan Kali Winongo yang melibatkan masyarakat menjadi salah satu percontohan nasional dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menggugah kesadaran masyarakat agar lebih mencintai sungai sebagai bagian dari pengurangan resiko bencana banjir.

Advertisement

BNPB pun mengajak sebanyak 48 peserta dari komunitas peduli Sungai Bengawan Solo melakukan studi banding dengan pemerti Kali Code dan Kali Winongo di Jogja, Kamis (11/8/2016). Para peserta saling berdiskusi soal pengelolaan sungai.

“Di Jogja Kali Code dan kali Winongo tentu menjadi contoh karena banyak relawan sungainya yang terlibat dan ada sekolah sungainya,” kata Kasi Mitigasi Non Struktural BNPB, Pratomo Cahyo Nugroho disela-sela pelatihan.

Cahyo mengatakan para peserta berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur dan jawa Tengah, khususnya sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

Advertisement

Mereka dilatih menjadi calon fasilitator agar memiliki kemampuan dalam memdampingi proses implementasi sekolah sungai didaerahnya masing-masing, sebagai bagian dari gerakan pengurangan resiko bencana.

Ia mengungkapkan dari data BNPB, hampir 80% bencana yang terjadi di beberapa daerah  merupakan bencana hidro-meteorologis  atau terkait air dan cuaca, seperti seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan, longsor dan gelombang pasang. Kecenderungan naiknya bencana-bencana hidro-meteorologis akan semakin meningkat seiring dengan perubahan iklim global.

Gerakan pengurangan resiko bencana juga salah satunya mengembalikan sungai ke alamiahnya yang bersih sehat dan produkti serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Hal itu sudah dilakukan oleh masyarakat Jogja.

Advertisement

“Praktik baik yang sudah dilakukan di Jogja inilah perlu direplikasi ke wilayah sungai lainnya sebagai suatu gerakan yang massif,” ujar Cahyo. selain belajar ssoal persungaian, peserta juga dilatih cara memanfaatkan air hujan supaya tidak terbuang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif