Soloraya
Kamis, 11 Agustus 2016 - 22:10 WIB

AIR BERSIH KLATEN : Belasan Desa Mulai Krisis Air Bersih

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi dropping air bersih. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Air bersih Klaten, ada belasan desa di empat kecamatan yang mengalami krisis air bersih.

Solopos.com, KLATEN–Sejumlah warga di belasan desa yang tersebar di empat kecamatan mulai mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih dalam beberapa waktu terakhir. Hingga sekarang, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klaten telah melakukan dropping air sebanyak 60 tangki ke daerah miskin air bersih.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, beberapa daerah yang mengalami kesulitan air bersih tersebar di empat kecamatan, seperti Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Cawas. Jumlah desa terbanyak yang memperoleh bantuan air bersih berada di Kecamatan Jatinom.

“Dalam satu bulan ini, kami sudah memberi bantuan air bersih hingga puluhan tangki isi 5.000 liter. Hari ini [kemarin], kami memberikan bantuan ke warga di Bogor Kecamatan Cawas. Warga di sini dalam memenuhi kebutuhan air bersih sering kali membeli senilai Rp3.000 per jeriken [20 liter air bersih],” kata Direktur PDAM Klaten, Irawan Margono, saat ditemui wartawan di Cawas, Kamis (11/8/2016).

Irawan Margono mengatakan bantuan air bersih yang dilakukan ke empat kecamatan di Kabupaten Bersinar sebagai bentuk kepedulian PDAM terhadap warga yang membutuhkan air bersih. Hal itu juga bertujuan menyemarakkan HUT ke-39 PDAM Klaten.

Advertisement

“Bantuan air bersih ini merupakan inisiatif kami untuk membantu warga [empat desa di Kemalang terdiri dari Bumiharjo, Kemalang, Dompol, Tangkil; tiga desa di Karangnongko terdiri dari Gemampir, Jiwan, Logede; lima desa di Jatinom terdiri dari Tibayan, Beteng, Socokangsi, Bengking, Bandungan; satu desa di Cawas, yakni Bogor],” katanya.

Salah satu warga Bogor Kecamatan Cawas, Suhono, 77, mengatakan warga di daerahnya terpaksa membeli air bersih kendati masih sering turun hujan. Hal itu dilakukan warga lantaran air sumur milik warga tidak layak konsumsi.

“Air sumur di sini kalau digunakan mencuci pakaian warna putih, pakaian tersebut justru berwarna kekuning-kuningan. Kalau digunakan menanak nasi, mudah basi nasinya. Makanya air di sini hanya digunakan mandi. Air di sini benar-benar tidak layak dikonsumsi. Warga harus membeli air bersih. Harga air bersih Rp3.000 per jeriken,” katanya.

Advertisement

Hal senada dijelaskan Kepala Desa (Kades) Bogor Kecamatan Cawas, Joko Riyanto, mengatakan total warga di daerahnya mencapai 2.300 jiwa. “Kondisi air di sini memang seperti itu [tidak layak dikonumsi]. Makanya, warga di sini harus menyisihkan uang untuk membeli air setiap harinya. Rata-rata, penggunaan air di sini tiga jeriken untuk satu pekan [empat anggota keluarga]. Kami pun juga kesulitan mencari sumber air bersih di sini karena semua air tanah di sini tak layak konsumsi,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif