Soloraya
Selasa, 9 Agustus 2016 - 05:10 WIB

PERTANIAN KLATEN : Alami Liyer, Tanaman Tembakau Terancam Mati

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani tembakau asal Dusun Kebonluwak, Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Cipto Suparmo, 78, mengecek tanaman tembakau yang terkena penyakit kerupuk akibat curah hujan tinggi, Senin (2/8/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, petani tembakau terancam alami gagal panen.

Solopos.com, KLATEN–Hujan yang mengguyur wilayah Kecamatan Manisrenggo selama beberapa hari membuat tanaman tembakau mengalami liyer atau layu. Jika hujan kembali mengguyur, tanaman tembakau dikhawatirkan mati dan gagal panen.

Advertisement

Salah satu petani, Musiman, 50, mengatakan pekan lalu selama tiga hari berturut-turut wilayah Manisrenggo diguyur hujan. Kondisi itu membuat tanaman tembakau berumur sekitar sebulan mengalami liyer.

“Mulai Kamis [4/8/2016] tembakau mulai banyak yang liyer. Ini penyebabnya karena kebanyakan air, bukan karena hama,” kata warga Dukuh Losari, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo itu saat ditemui Solopos.com di lahan pertanian miliknya, Senin (8/8/2016).

Advertisement

“Mulai Kamis [4/8/2016] tembakau mulai banyak yang liyer. Ini penyebabnya karena kebanyakan air, bukan karena hama,” kata warga Dukuh Losari, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo itu saat ditemui Solopos.com di lahan pertanian miliknya, Senin (8/8/2016).

Musiman menjelaskan menanam tembakau varietas bligon pada lahan pertanian seluas 1 patok atau sekitar 1.800 meter persegi. “Seperempat dari luas lahan tanaman tembakau mengalami liyer. Ada yang sudah mati saya ganti dengan sawi,” ungkapnya.

Ia tak tahu persis tanaman tembakau yang mengalami liyer masih bisa dipertahankan agar tetap tumbuh. Kondisi itu tergantung dari kadar air yang ada di lahan pertanian. “Kalau airnya sudah habis, mungkin saja bisa pulih. Kalau modal yang sudah dikeluarkan untuk tanam tembakau sekitar Rp1,5 juta,” katanya.

Advertisement

“Dari 6.000 tancap tanaman tembakau, sekitar 4.000 tancap yang mengalami liyer. Usia tanamnya sekitar 40 hari. Kalau bisa pulih kembali harapannya tipis. Untuk modal tanamnya kemarin total sudah habis Rp4 juta,” ujar petani asal Dukuh Tegalpete, Desa Solodiran itu.

Budiman menuturkan kondisi serupa juga terjadi pada sejumlah lahan pertanian di wilayah Manisrenggo lainnya. Hal itu seperti lahan pertanian di Desa Taskombang, Kranggan, serta Leses.

Petani asal Desa Tanjungsari, Manisrenggo, Yani, 35, juga menjelaskan tembakau mengalami liyer karena lahan pertanian kelebihan air. “Suhu panas kemudian tiba-tiba menyebabkan air jadi bertahan di dalam tanah sehingga tembakau banyak menyerap air. Kalau tidak hujan selama lima hari saja, mungkin tanaman bisa pulih,” ungkap dia.

Advertisement

Yani mengatakan umur tanaman yang mengalami liyer berkisar satu bulan dan sudah menghasilkan 10-15 daun. Sesuai perkiraan, akhir Agustus ini para petani sudah mulai panen. “Perkiraan saya dengan kondisi ini hasil produksi tembakau turun 50 persen dibanding sebelumnya. Kondisi ini membuat biaya perawatan naik dua kali lipat,” katanya.

Ketua Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Klaten, Aryata Sigit Suwanta, mengatakan di Manisrenggo luas lahan pertanian yang ditanami tembakau 529 ha. Dari luas lahan itu, tembakau yang ditanam pada sekitar 40 persen dari total luas lahan mengalami liyer.

Sigit juga mengatakan tanaman tembakau mengalami liyer akibat lahan pertanian kelebihan kadar air setelah diguyur hujan selama beberapa hari. Tanaman yang mengalami liyer masih bisa dipulihkan para petani dengan cara mendangir lahan pertanian agar tanah kendor dan kandungan air berkurang. Meski demikian, penyelamatan tanaman tembakau dari gagal panen tergantung intensitas hujan.

Advertisement

“Semoga hujan salah musim ini segera berakhir. Kalau tidak berakhir, ini mengancam tanaman tembakau karena tidak kuat dengan air,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif