News
Senin, 8 Agustus 2016 - 12:34 WIB

Pajak di Bawah Harapan, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016 Diprediksi Tak Naik

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat malam penganugerahan Bawaslu Award 2016 di Jakarta, Senin (29/2/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 diprediksi tak naik jauh dari 2015 karena realisasi pajak di bawah harapan.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah memastikan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam perubahan kedua Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2016 tak akan berbeda jauh dari realisasi 2015.

Advertisement

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan saat ini ekonomi global masih melemah sehingga hasil ekspor dari kegiatan perdagangan internasional diyakini belum membaik tahun ini. Alhasil, penerimaan pajak pun diperkirakan masih lesu.

“Akibat itu [ekspor] tidak naik dibanding tahun lalu, maka yang bermasalah kan pajak tak tumbuh sesuai harapan,” paparnya, pekan lalu.

Dengan penerimaan pajak yang diperkirakan tak berbeda dari realisasi tahun lalu, maka risikonya anggaran pengeluaran juga harus dikembalikan seperti tahun lalu. “Setiap penurunan anggaran punya efek kepada pertumbuhan keseluruhan nanti, kecuali kalau investasi swasta dan asing banyak masuk,” ungkapnya.

Advertisement

Kendati demikian, masyarakat diminta tak perlu khawatir dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, menurut dia, level pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 5% masih cukup baik dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Dia juga menyebutkan pemangkasan anggaran dilakukan untuk program nonprioritas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pembangunan, yakni program di luar infrastruktur dan pangan. “Kalaupun dipotong [infrastruktur dan pangan] tentu sedikit. Tidak ada jalan lain, kalau tidak kita melanggar undang-undang,” sambungnya.

Dalam pernyataannya pekan lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan kembali melakukan perubahan APBN 2016 dengan nilai pemangkasan anggaran mencapai Rp133,8 triliun. Pemerintah juga akan menaikkan asumsi defisit anggaran dari 2,35% menjadi 2,5% sehingga ada tambahan pembiayaan sebesar Rp17 triliun.

Advertisement

Tekanan terhadap keuangan negara begitu hebat dinilai berasal dari target pendapatan negara, khususnya penerimaan pajak, yang dipatok terlalu tinggi. Padahal realisasi penerimaan pajak dalam dua tahun terakhir tercatat mengalami shortfall sekitar Rp100 pada 2014 dan melesat hingga Rp248,8 triliun tahun lalu.

Dalam paparannya, Sri Mulyani menyebutkan penerimaan pajak dalam APBNP 2016 berpotensi mengalami shortfall sebesar Rp219 triliun bahkan setelah estimasi penerimaan dari program pengampunan pajak. Alasan tersebut menjadi dasar pemerintah memutuskan memangkas belanja kementerian/lembaga senilai Rp65 triliun dan transfer ke daerah Rp68,8 triliun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif