News
Senin, 8 Agustus 2016 - 20:00 WIB

Alasan Full Day School, di Sekolah Belajar Ngaji & Bahasa Inggris

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para siswa SDN III Jetis menyeberangi Sungai Kembang dengan menenteng sepatu saat pulang sekolah, Senin (21/3/2016). Sungai itu menjadi batas wilayah Dukuh Kembang, Jetis, dan Dukuh Sejeruk, Musuk, Kecamatan Sambirejo, Sragen. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Full day school akan diterapkan di SD dan SMP. Mendikbud mengatakan di sekolah anak-anak bisa belajar mengaji dan bahasa Inggris.

Solopos.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyarankan ada uji coba program sekolah sepanjang hari atau full day school sebelum kebijakan yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) baru itu benar-benar diterapkan.

Advertisement

Hal itu disampaikan Wapres Kalla saat bertemu dengan Mendikbud Muhadjir Effendi di kantornya, Jl. Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2016). “Saya sudah konsultasi dan beliau [Wapres Kalla] menyarankan ada semacam pilot project dulu,” ujar Muhadjir menginfokan hasil pertemuannya.

Dia mengaku Presiden Joko Widodo sudah memberi persetujuan terhadap pelaksanaan program baru itu, bahkan mengapresiasi melalui pemberian contoh. Begitu pula dengan Wapres Kalla yang diakuinya memberi tanggapan positif. Ke depan, pihaknya akan menyusun langkah lebih lanjut. Baca: Mendikbud Ingin Seluruh SD-SMP Pakai Sistem Full Day, Wapres ACC!

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengungkapkan gagasan full day school tersebut banyak diilhami oleh sekolah swasta yang sudah lebih dulu menerapkannya. Pelaksanaan program dinilai sesuai dengan nawa cita pemerintahan, di mana pendidikan sekolah dasar dan menengah akan lebih diutamakan pada pendidikan karakter dibandingkan berbasis pengetahuan.

Advertisement

Melalui perpanjangan waktu belajar sampai pukul 17.00 WIB, guru mendapat kesempatan lebih untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang sesuai. Selain itu, perpanjangan waktu belajar juga bertujuan untuk menghindari terjadinya kegiatan menyimpang dari anak ketika di luar kendali guru dan orang tua yang masih berada pada waktu kerja.

“Saya duga terjadi penyimpangan oleh remaja karena celah ini, orang tua masih bekerja, guru pun sudah tidak bertanggung jawab. Maka diperpanjang untuk menyempitkan ruang kosong itu,” paparnya.

Nantinya, perpanjangan waktu belajar akan dimanfaatkan untuk proses belajar di luar kelas yang menggembirakan. Subjek pembelajaran pun beraneka ragam, seperti belajar mengaji, bahasa Inggris, dan lainnya.

Advertisement

Sebagai kompensasi, pihaknya berencana menerapkan dua hari libur dalam sepekan, yakni Sabtu dan Minggu. Dengan begitu, waktu berkualitas antara anak dan orang tua akan tersedia pada dua hari libur tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif