Jogja
Minggu, 7 Agustus 2016 - 13:20 WIB

SPBU di DIY Sepakat Tidak Layani Premium Jeriken

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salahsatu SPBU di Jalan Kaliurang, Caturtunggal, Depok, Sleman terlihat tutup dengan menuliskan informasi bahwa BBM dalam pengiriman pada, Rabu (6/7/2016). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja).

SPBU di DIY sepakat untuk tidak melayani penjualan premium dengan jeriken

Harianjogja.com, JOGJA–Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di DIY bersepakat untuk tidak melayani pembelian bahan bakar jenis premium dalam jeriken mulai Minggu (7/8/2016). Para pembeli premium dalam jeriken diimbau untuk beralih ke pertalite atau pertamax.

Advertisement

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto mengungkapkan, kebijakan ini diambil atas dasar hasil kesepakatan SPBU. Saat ini Hiswana sedang mempersiapkan spanduk berisi pemberitahuan kepada konsumen.

Untuk tahap awal, Hiswana Migas DIY menyiapkan 100 spanduk. Spanduk tersebut bertuliskan Mohon Maaf SPBU Ini Tidak Melayani Pembelian Premium dengan Menggunakan Jeriken.

“Tujuannya agar mereka beralih ke pertalite atau pertamax yang kualitasnya lebih baik. Lagi pula, disparitas harga antara premium dan pertalite enggak mahal, hanya Rp350 per liter,” ujar dia ketika dihubungi Harianjogja.com, Sabtu (6/8/2016).

Advertisement

Siswanto mengatakan, sosialisasi kepada masyarakat sudah dilakukan. Ia optimistis masyarakat akan menerima dengan baik kebijakan ini. Ia yakin tidak akan ada pergolakan dalam masyarakat karena mereka bisa beralih ke pertalite dan pertamax.

Selain itu, Hiswana Migas juga terus mendorong SPBU yang belum menyediakan pertalite segera menyediakan pertalite. “Kalau memang tangkinya terbatas, sekalian saja tidak menjual premium tetapi menjual pertalite,” ungkap dia.

Hiswana Migas DIY juga akan segera mengurangi nozzle (corong) premium di SPBU.

Advertisement

Hiswana Migas DIY akan memperbanyak pertalite untuk meningkatkan penjualan pertalite. Ia mengungkapkan, setiap SPBU maksimal hanya memiliki satu atau dua nozzle premiun.  SPBU harus berani bertindak.

Ia mengatakan, melalui pengurangan nozzle premium berdampak positif ke penjualan pertalite. Ia mencontohkan di SPBU kepunyaannya di mana setelah ada pengurangan nozzle premium, konsumsi harian rata-rata dua hingga tiga kilo liter (KL) meningkat sampai delapan KL per hari.

“Dulu nozzle premiumnya ada enam, sekarang tinggal dua atau tiga saja. Artinya, sebetulnya masyarakat juga lebih suka pertalite,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif