Soloraya
Minggu, 7 Agustus 2016 - 19:00 WIB

22 Remaja Sragen Jalani Pernikahan Dini, Terbanyak Dipicu Hamil Duluan!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pernikahan (Psychologytoday.com)

Sebanyak 22 remaja Sragen melakukan pernikahan dini.

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 10 remaja pria dan 12 remaja wanita asal Sragen diketahui menikah di bawah umur sepanjang Januari hingga Juni 2016. Faktor hamil di luar nikah mendominasi alasan remaja asal Bumi Sukowati memilih nikah dini.

Advertisement

Kasubid Keluarga Sejahtera, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BKBPMD) Sragen, Deddy Setyo Handoko, mengatakan angka pernikahan dini di Sragen terbilang tinggi.

Dia mengakui perkembangan teknologi informasi (TI) ikut mempengaruhi pola pikir remaja. Kebiasaan mengakses konten porno di kalangan remaja bisa menjadi pemicu kehamilan yang tidak diinginkan.

”Usia mereka itu rata-rata di bawah 16 tahun. Seharusnya mereka masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Namun, karena faktor ”kecelakaan” itu mereka harus mengurus rumah tangga,” jelas Deddy saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja dan Generasi Berencana di Aula SMAN 1 Sragen, Kamis (4/8/2016).

Advertisement

Deddy menjelaskan pernikahan dini sebelumnya di dominasi remaja di daerah pinggiran Kabupaten Sragen. Namun, dia tidak memungkiri terdapat sejumlah remaja asal di kawasan Kota Sragen yang ikut menikah di usia muda.

Emosional

Menurutnya, emosional dan kehidupan sosial ekonomi remaja yang menikah dini itu rata-rata belum matang. ”Tingginya angka pernikahan dini itu ada korelasinya dengan angka perceraian. Berdasar pengamatan saya, rata-rata remaja yang menikah dini itu berujung pada perceraian. Saya lupa angka pastinya, yang jelas perceraian yang dipengaruhi faktor pernikahan dini ini itu sangat dominan,” terang Deddy.

Advertisement

Guna menekan angka pernikahan dini di kalangan pelajar, BKBPMD mendesak Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen menerbitkan surat edaran supaya sekolah mendirikan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR). Setelah PIKR berdiri, kalangan pelajar diminta menjadi generasi berencana (genre).

Para siswa diminta memiliki perencanaan yang matang terkait usia nikah, pekerjaan, punya anak dan lain-lain. ”Kalangan guru bimbingan dan konseling sudah mengikuti pelatihan. Saya optimistis angka pernikahan dini bisa ditekan apabila remaja bisa menjadi generasi berencana,” jelas Deddy.

Sementara itu, Wakil Kepala SMAN 1 Sragen Bidang Kesiswaan Sarjoko mengatakan selama ini pihak sekolah sudah berupa menggelar sejumlah penyuluhan untuk membentengi siswa dari pergaulan bebas. Pihak sekolah sudah kerap merazia ponsel milik siswa secara mendadak.

”Selama setahun biasanya ada 2-3 razia ponsel secara mendadak. Dari situ akan diketahui isi dari ponsel siswa. Namun, selama ini kami belum menemukan adanya siswa yang menyimpan video yang tidak senonoh di ponselnya,” papar Sarjoko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif