Jogja
Jumat, 5 Agustus 2016 - 20:55 WIB

ENERGI LISTRIK ALTERNATIF : Sampah TPA Piyungan akan Diubah Jadi Energi Listrik

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunungan sampah di TPA Piyungan, Senin (11/5/2015). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Energi listrik alternatif akan dibangun menggunakan sampah dari TPA Piyungan

Harianjogja.com, JOGJA — Pemda DIY berencana mengubah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan menjadi energi listrik dengan teknologi waste-to-energy (WtE) pada tahun depan.

Advertisement

Kepala  Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY Kuspramono mengatakan penerapan teknologi WtE sangat tepat diterapkan di TPA Piyungan.

Selain keterbatasan peralatan, sumber daya manusia dan luasan lahan, model pengelolaan sampah dengan sanitari landfield juga tidak bisa diterapkan di TPA Piyungan.

“Alhasil, model pengelolaan seperti ini akan cocok diterapkan,” ujarnya di Kepatihan, Jogja, Kamis (4/8/2016).

Advertisement

Ia menambahkan, keinginan menerapkan teknologi ini sesuai dengan arahan dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kementrian ESDM. Di mana, teknologi WtE ini sudah diterapkan di beberapa negara maju, seperti Jepang, Canada dan Swiss. WtE ini bisa mengurangi volume sampah hingga 96% tergantung komposisi dan derajat recovery sampah.

Di samping itu, lanjut dia, pada 2017, DIY masuk dalam lima kota di Indonesia sebagai tempat percontohan penerapan teknologi ini. Adapun empat kota lain yang menjadi percontohan adalah Mataram, Bandar Lampung, Pontianak dan Medan.

“Oleh karena itu, kami sudah mulai menyiapkan instrumen pendukungnya, termasuk membeli peralatan baru dan meluaskan lahan yang ada,” tambahnya.

Advertisement

Sementara konsultan proyek dari PT Surveyor Indonesia, Aris Arnadi mengungkapkan salah satu dasar terpilihnya TPA Piyungan dalam proyek percontohan ini didasarkan pada jumlah timbunan sampah. Jika dibandingkan sejumlah kota lain, semisal Medan, Pontianak dan Bandar Lampung, DIY dianggap lebih ideal.

Aris menambahkan, faktor lain yang membuat DIY menjadi tempat proyek percontohan adalah tidak harus ada pembebasan lahan. “Apalagi kami melihat Pemda juga tanggap atas rencana ini,” katanya.

Menurut dia, sebagai langkah awal penyusunan Detail Engineering Design (DED) dengan melibatkan laboratorium UGM. Diharapkan pada 2017, pengelolaan 450 ton sampah di TPA Piyungan berhasil menghasilkan 3 megawatt energi listrik per hari. “Hanya saja untuk kelembagaan dan pengelolaan perlu dipikirkan oleh Pemda nantinya,” sambung dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif