Soloraya
Jumat, 5 Agustus 2016 - 19:15 WIB

ELPIJI SRAGEN : Pangkalan Larang Jual Seluruh Gas Melon ke Pengecer

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengisian elpiji 3 kg di depo Pertamina (Paulus Tandi Bone/JIBI/Bisnis)

elpiji Sragen, pangkalan hanya diperbolehkan menjual 2.500 tabung elpiji 3 kg per bulan.

Solopos.com, SRAGEN–Pemilik pangkalan hanya diperkenankan menjual lebih dari 2.500 tabung elpiji ukuran 3 kg/bulan. Pangkalan juga tidak diperkenankan menjual seluruh elpiji itu kepada pengecer.

Advertisement

”Aturan baru dari Pertamina itu berbunyi setiap pangkalan hanya boleh menjual maksimal 2.500 tabung/bulan. Kenyataannya, bila kita cermati, di Kota Sragen dan Gemolong ada banyak pangkalan yang menjual elpiji di atas 5.000 buah/bulan,” terang Wakil Ketua DPRD Sragen Bambang Widjo Purwanto saat ditemui wartawan seusai menggelar pertemuan dengan kalangan agen elpiji di kantor DPRD setempat, Jumat (5/8/2016).

Bambang mengakui penyebaran elpiji di tiap pangkalan tidak merata. Terdapat sekitar 700 pangkalan elpiji yang tersebar di 20 kecamatan di Sragen. Sebagian pangkalan hanya mendapat pasokan 500 elpiji/bulan dari agen. Namun, terdapat sejumlah pangkalan yang mendapat pasokan hingga 5.000 elpiji/bulan. ”Karena ada stok banyak di pangkalan, elpiji itu akhirnya dijual ke pengecer. Padahal, kalau dijual ke pengecer, harga elpiji itu bisa melambung tinggi,” jelas Bambang.

Selain membatasi jumlah elpiji yang dijual pangkalan, lanjut Bambang, Pertamina juga melarang penjualan di atas 50% stok elpiji kepada pengecer. Pangkalan diminta memprioritaskan permintaan dari kalangan perorangan yang membutuhkan elpiji tersebut untuk keperluan rumah tangga.

Advertisement

”Kami meminta kepada Dinas Perdagangan untuk membuat pemetaan terkait distribusi elpiji dari agen ke pangkalan. Jangan sampai ada pangkalan yang menjual elpiji di ambang batas kewajaran,” papar Bambang.

Plt. Kepala Disdag Sragen Heru Martono menegaskan seluruh pangkalan harus menaati aturan baru terkait penjualan elpiji itu. Dia juga meminta pangkalan tidak menjual elpiji kepada pemilik rumah makan atau restoran. ”Elpiji ukuran 3 kg itu barang bersubsidi yang hanya diperuntukkan warga menengah ke bawah. Kalau dipakai untuk rumah makan dan restoran, subsidi itu jadi salah sasaran,” terang Heru.

Dalam jangka dekat, Disdag Sragen akan memetakan distribusi elpiji dari seluruh agen dan pangkalan. Penambahan kuota elpiji bisa dilakukan apabila bahan bakar itu terbilang langka di pasaran.

Advertisement

”Kuota elpiji untuk Sragen itu 24.670/hari. Nanti akan kami lihat dulu kondisi di lapangan seperti apa. Penambahan kuota harus sesuai kebutuhan. Kami tidak ingin penambahan elpiji itu justru membuat over,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif