News
Jumat, 5 Agustus 2016 - 20:04 WIB

EKONOMI SOLORAYA : Industri Manufaktur Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pertumbuhan Ekonomi Soloraya

Ekonomi Soloraya, BI Solo menyebut ada tiga sektor penyumbang pengaruh pertumbuhan ekonomi.

Solopos.com, SOLO–Pertumbuhan ekonomi Soloraya diproyeksi tumbuh 5,3%-5,7% pada kuartal II dengan industri pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi. Namun inflasi tetap harus diwaspadai.

Advertisement

Kepala Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, menyampaikan ada tiga sektor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Soloraya, yakni industri pengolahan, PHR (perdagangan, hotel, dan restoran) serta pertanian. Menurut dia, biasanya pertanian menduduki urutan kedua dalam pertumbuhan ekonomi tapi ada pergseran yang disebabkan banyaknya masyarakat yang beralih ke perdagangan. Hal ini karena perdagangan dinilai memiliki risiko yang lebih kecil mengingat ada ancaman Elnino dan Lanina di sektor pertanian.

“Pertumbuhan ekonomi di Soloraya tumbuh positif karena ditunjang konsumsi rumah tangga masih dominan di Soloraya. Belanja modal pemerintah cukup besar karena tidak banyak yang mengendap di bank. Selain itu, pertumbuhan kredit diatas nasional dan mencapai 12%-14%,” ungkap Bandoe saat dihubungi Solopos.com, Jumat (5/8/2016) malam.

Deputi Kepala Perwakilan Bidang Advisori dan Pengembangan Ekonomi Daerah BI Solo, Taufik Amrozy, menjelaskan pertumbuhan industri pengolahan didorong oleh permintaan domestik karena adanya Lebaran dan libur sekolah.

Advertisement

Bandoe mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I biasanya paling lambat dan terus bergerak hingga kuartal IV. Bahkan di akhir tahun dipredikai pertumbuhan ekonomi Soloraya lebih tinggi dari nasional, yakni mencapai 5,4%-5,8%.

Menurut dia, tren selama ini pertumbuhan ekonomi di Soloraya selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan nasional. Hal tersebut dikarenakan adanya perlambatan ekonomi di Indonesia timur setelah menurunnya ekspor sawit dan barang tambang.

Meski begitu, dia mengungkapkan inflasi tetap harus diwaspadai karena biasanya linier antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hal ini apabila inflasi tinggi, masyarakat tetap kesulitan untuk membeli barang kebutuhan. Oleh karena itu, harga komoditas pangan akan terus diperhatikan mengingat Solo bukan daerah produsen.

Advertisement

Dia mengungkapkan dari empat faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, yang masih bisa dikembangkan adalah investasi dan ekspor. Pemaksimalan ekspor bisa dilakukan dengan mencari pasar baru, seperti Timur Tengah. Penambahan investasi juga bisa dilakukan dengan memberikan banyak kemudahan dan kepastian kepada investor.

Sementara itu, Ketua Akademi Komunitas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Solo, Liliek Setiawan, menilai pemerintah pusat harus tegas dalam menginstruksi pemerintah daerah (pemda) untuk memanfaatkan dana yang tersimpan di bank. Hal ini mengingat adanya pemangkasan dana APBN Perubahan hingga Rp133 triliun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif