Soloraya
Kamis, 4 Agustus 2016 - 23:30 WIB

WISATA BOYOLALI : Kedung Goro Diyakini Peninggalan Kiai Syam

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah petilasan Kiai Syam, tokoh yang diyakini warga Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali, sebagai penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Kiai Syam disebut-sebut memiliki kaitan dengan keberadaan Kedung Goro. Foto diambil Selasa (2/8/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Wisata Boyolali, objek wisata Kedung Goro di Wonosegoro diyakini bekas lokasi penggemblengan santri Kiai Syam.

Solopos.com, BOYOLALI–Objek wisata Kedung Goro di Desa Bolo, Kecamatan Wonosegoro, diyakini warga setempat sebagai lokasi bekas penggembelengan kesaktian para santri murid Kiai Syam. Hal itu dikuatkan dengan masih adanya sebuah petilasan Kiai Syam yang hanya berjarak sekitar 1 km dari keberadaan Kedung Goro.

Advertisement

Sekretaris Desa Bolo, Ratno, mengatakan hikayat Kiai Syam sangat diyakini warga setempat sebagai tokoh penyebar agama Islam di Boyolali. Nama Syam sendiri konon diambil dari nama sebuah negeri di timur tengah, yakni Negeri Syam. Menurut keterangan dari Wikipedia.org, Negeri Syam berada di timur laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus. Saat ini, Negeri Syam merujuk pada sejumlah negara timur tengah, antara lain Lebanon, Syiria, Palestina, dan Yordania.

Meski demikian, sambung Ratno, sejarah tentang Kiai Syam belum ada yang menuliskan secara ilmiah. “Berdasarkan cerita-cerita dari leluhur kami, Kiai Siyem [Kiai Syam] itu tokoh sakti. Petilasannya masih ada di Deso Bolo, sekitar 1 kilometer dari Kedung Goro,” ujarnya saat berbicang dengan Solopos.com di Desa Bolo, Kamis (4/8/2016).

Solopos.com sempat mengunjungi petilasan Kiai Syam di desa setempat. Petilasannya berujud sebuah rumah kecil menyerupai gubuk dan di dalannya ada nissan. Petilasan itu dikelilingi pagar dan ada sebuah pohon besar di sampingnya.

Advertisement

Ratno menjelaskan Kedung Goro diyakini warga sebagai lokasi penggemblengan kesaktian para santri Kiai Syam. Kiai Syam dikenal sebagai ulama yang rendah hati, dan cukup dalam ilmu kesaktianya. “Dulu, warga enggak berani mandi di Kedung Goro karena diyakini wingit karena petilasan Kiai Syam. Namun karena perkembangan zaman, Kedung Goro kini dipakai mandi warga,” terangnya.

Hikayat Kiai Syam memang diyakini warga setempat. Salah satunya Ny, Pomo, istri mendiang juru kunci petilasan Kiai Syam. Menurutnya, ajaran Kiai Syam yang cukup terkenal ialah larangan memasang kajang atau tenda melebihi batas pekarangan rumah yang dimiliki warga. Larangan ini sampai saat ini sangat dipatuhi warga dan tak ada warga yang berani melanggarnya. Rupanya, ada pesan tersirat bahwa jadi manusia jangan sampai memakan hak orang lain apalagi sampai memakan kepentingan umum.

“Makanya, kalau warga bikin hajatan, enggak ada yang berani memasang kajang sampai memakan jalan raya. Kalau sampai melanggar, bakal terkena musibah,” paparnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif