Soloraya
Kamis, 4 Agustus 2016 - 08:30 WIB

RITUAL TUNGGUK TEMBAKAU : Karena Hanya Tembakau yang Bisa Menyekolahkan Anak Cucu Kami

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Senden, Kecamatan Selo, menggelar ritual Tungguk Tembakau, Rabu (3/8/2016). Ritual Tungguk Tembakau adalah ritual untuk mengawali masa panen tembakau. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Ritual tungguk tembakau digelar warga Desa Senden, Selo.

Solopos.com, BOYOLALI–Di tengah keramaian warga, Rabu (3/8/2016) pagi, Marjiyanto, 45, warga Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, sibuk merajang tembakau kemudian menjemur tembakau yang sudah dirajang lembut.

Advertisement

Aktivitas yang dia lakukan bersama beberapa petani tembakau adalah demo membuka perayaan ritual Tungguk Tembakau, yang diikuti ribuan warga Desa Senden, sebuah desa di lereng Gunung Merbabu. Mereka menunjukkan aktivitas ekonomi mereka kepada Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Sri Hartini, yang hadir dalam perayaan ritual tersebut.

Seusai demo merajang tembakau, ribuan warga bersiap menggelar puncak ritual. Dengan berpakaian adat dan membawa berbagai gunungan hasil bumi, masyarakat Desa Senden, Kecamatan Selo, tumpah ruah di sepanjang jalan desa. Mereka menggelar kirab menuju Makam Gunung Sari, tempat pelaksanaan ritual.

Ritual Tungguk Tembakau adalah ritual untuk mengawali masa panen tembakau. Oleh karena itu tak heran, warga membuat Satu gunungan besar berisi daun tembakau. Pelaksanaan ritual tahun ini dibuat cukup meriah dan serentak dilaksanakan oleh warga di sebelas dukuh di Desa Senden. Biasanya, ritual ini dilaksanakan sendiri-sendiri oleh petani, di rumah mereka masing-masing.

Advertisement

“Ini sebenarnya bukan ide baru. Tungguk Tembakau adalah budaya lama yang harus dilestarikan. Memang baru tahun ini kami gelar secara bersama-sama, harapannya ritual panen tembakau ini bisa rutin dilaksanakan tiap tahun,” kata tokoh masyarakat pemangku adat, Suraji Siswoprawiro, di sela-sela ritual.

Ritual yang mereka laksanakan bisa diartikan sebagai doa agar jerih payah petani selama enam bulan mulai dari mengolah lahan hingga panen tembakau bisa terbayarkan dengan panen yang melimpah. Meski hasil panen tembakau tahun ini tak memuaskan, petani berharap ritual Tungguk Tembakau bisa mendatangkan keberkahan tersendiri. Apalagi, warga berkesempatan untuk saling bersedekah membagikan hasil bumi dan tumpeng dalam ritual tersebut.

Menurut warga lainnya, Yoto Waluyo, ritual Tungguk Tembakau sarat dengan makna doa dan harapan. Tembakau punya arti penting bagi kehidupan ekonomi warga Senden. “Karena hanya dengan tembakau warga Senden bisa menyekolahkan anak cucu sampai perguruan tinggi, bisa naik haji bisa ke Mekkah dan Madinah semua karena budidaya tembakau. Tanaman lainnya tidak bisa diandalkan,” ujar Yoto.

Advertisement

Sri Hartini berharap tradisi dan ritual Tungguk Tembakau ini bisa dilestarikan dan bisa menjadi potensi wisata bagi Desa Senden. Ritual tersebut menarik perhatian wisatawan karena gelarannya yang cukup unik. Seusai ritual di makam, mereka menggelar kembul bujono yakni makan bersama-sama di sepanjang jalan desa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif