News
Kamis, 4 Agustus 2016 - 19:15 WIB

ES KOPI BERUJUNG MAUT : Kecerdikan Penabur Sianida Kopi Mirna Vs "Kecanggihan" Penyidik, Ini Hasilnya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wayan Mirna (Detik.com)

Es kopi berujung maut menjadi kasus rumit yang menampilkan “pertarungan” antara kecerdikan penabur sianida vs kecanggihan penyidikan ilmiah.

Solopos.com, JAKARTA — Ahli toksikologi yang juga Kepala Bidang Kimia dan Biologi Laboratorium Forensik Mabes Polri, Kombes Pol. Dr Nur Samran Subandi, mengungkap secara rinci bagaimana sianida membunuh Wayan Mirna Salihin, bahkan rentang waktu si pelaku menaburkan sianida. Kesaksiannya mengungkap gambaran bagaimana rumitnya scientific identification itu bekerja.

Advertisement

“Tidak boleh seorang dokter menyimpulkan seseorang mati karena sianida tanpa melakukan autopsi. Tanya dokter-dokter di luar negeri, tak ada yang boleh seperti itu,” kilah kuasa hukum terdakwa Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, seusai persidangan di Pengadian Negeri Jakarta Pusat, Rabu (3/8/2016), yang ditayangkan sejumlah televisi nasional.

Namun, fakta persidangan berkata lain. Rumit tapi pasti, penyidik akhirnya bisa memastikan si pelaku menaburkan bubuk sianida pada Rabu (6/1/2016) sore pukul 16.30-16.45 WIB. Kesimpulan itu berawal asumsi ilmiah, yaitu penelitian volume sedotan yang dipakai korban Wayan Mirna Salihin untuk minum es kopi Vietnam di hari nahasnya.

Advertisement

Namun, fakta persidangan berkata lain. Rumit tapi pasti, penyidik akhirnya bisa memastikan si pelaku menaburkan bubuk sianida pada Rabu (6/1/2016) sore pukul 16.30-16.45 WIB. Kesimpulan itu berawal asumsi ilmiah, yaitu penelitian volume sedotan yang dipakai korban Wayan Mirna Salihin untuk minum es kopi Vietnam di hari nahasnya.

Nur Samran menjelaskan penelitian awal dimulai dari data perilaku rata-rata orang menyedot minuman dengan sedotan yang sama. Hasilnya, didapatkan rata-rata orang menyeruput 20 ml cairan sekali sedotan.

Data itu dipakai untuk menentukan konsentrasi sianida yang masuk dalam tubuh Mirna. Dapat dihitung ada konsentrasi 297 mg sianida dalam 300-350 ml kopi Mirna. Sementara yang diminum Mirna 14,88 ml (dibulatkan 15 ml) dihitung dari sedotannya.

Advertisement

Namun tim penyidik di labfor tak kehilangan akal. Jejak racun itu masih utuh dalam lambung Mirna, yaitu jumlah natrium yang tak terurai. Dari perhitungan konsentrasi natrium di lambung itu di tambah yang ada dalam sisa kopi Mirna, peneliti di labfor bisa menghitung sianida yang dimasukkan si pelaku, yaitu satu butir kecil sianida padat atau 5 g. Padahal, lethal dosage (dosis mematikan) sianida adalah 2,857 mg/kg.

Mereka lalu membuat kopi pembanding yang juga diberi natrium sianida dalam jumlah yang sama. Kopi itu diperlakukan dengan cara yang sama seperti kopi yang diminum Mirna (mulai dibuat, diminum Mirna, dibawa ke Polsek Tanah Abang, hingga masuk ke labfor). Kondisinya pun dibuat sama, mulai temperatur, kelembaban, hingga berapa lama terkena sinar matahari.

Hasilnya, kopi pembanding tersebut diukur waktunya hingga warna, bau, dan kadar sianidanya sama dengan sisa kopi mirna saat masuk ke labfor. Butuh waktu 90 jam 9 menit 36 detik untuk mencapai kondisi itu. Jika dihitung mundur dari saat sisa kopi mirna masuk labfor, maka didapatlah Rabu (6/1/2016) pukul 16.30-16.45 WIB sebagai waktu pelaku memasukkan sianida ke kopi korban.

Advertisement

Tak hanya itu, Nur Samran memperlihatkan bagaimana cerdiknya pelaku dalam memasukkan sianida. Pelaku diduga tahu sifat sianida yang bisa dengan gampang bereaksi menjadi gas jika terkena air panas. Karena itu, es kopi lah yang dipilih karena dalam kondisi dingin. Hal ini sekaligus membantah dugaan sianida dimasukkan saat membuat kopi.

“Jadi pelaku ini smart sekali,” ujar Nur Samran. “Dan ini dosisnya sangat tinggi sekali sehingga reaksinya sangat cepat.” Saking cepatnya, sianida itu langsung membunuh saat memasuki lambung Mirna dan tidak sampai menyebar ke usus, hati, empedu, maupun urine. Akhirnya, natrium sianida itu hanya ditemukan di dalam lambung, bukan di organ dalam lainnya.

Penyidik tambah yakin dengan zat-zat lain yang ditemukan dalam lambung Mirna, khususnya kafein. Artinya, diyakini bahwa sianida itu masuk bersama kopi.

Advertisement

“Kami melakukan pengumpulan di sana, termasuk kafein, ditemukan diukur berapa banyak, berarti kafeinnya dari kopi. Selain itu, kita lihat keasaman lambung, PH sekitar 5,5 [basa], padahal PH bisa 4 kalau normal, jadi ini lebih basa,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif