Jogja
Selasa, 2 Agustus 2016 - 08:41 WIB

TAWURAN PELAJAR : Disdikpora Sleman Efektifkan Upaya Pencegahan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelajar yang terlibat tawuran didamaikan dengan pengajian di Mapolsek Tempel, Kamis (6/3/2014). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Tawuran pelajar terjadi di Sleman menyebabkan seorang guru terluka

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman meminta kepada seluruh sekolah menengah agar kembali mengefektifkan program pencegahan tawuran pelajar.

Advertisement

Kepala Bidang Kurikulum dan Kesiswaan Disdikpora Sleman Eri Widaryana mengakui maraknya kasus tawuran pelajar yang terjadi di Sleman. Ia turut memantau adanya seorang guru dari salahsatu sekolah di Pakem yang terluka akibat korban tawuran pada Sabtu (30/7/2016) akhir pekan lalu.

Oleh sebab itu pihaknya mengimbau kepada sekolah di Sleman untuk terus mengefektifkan program pencegahan tawuran pelajar. “Kami sudah ada upaya pencegahan dan sudah berjalan, ini akan kami efektifkan lagi,” terangnya, Senin (1/8/2016).

Ia mengatakan sejumlah program pencegahan itu antara lain pengawasan dan pendampingan oleh setiap guru sesuai perbandingan antara jumlah guru dan siswa dalam suatu sekolah. Eri mencontohkan, jika sebuah sekolah memiliki 500 siswa dengan jumlah guru 50 orang, maka setiap satu guru memiliki tanggungjawab pendampingan 10 siswa dalam upaya mencegah tawuran. Pendampingan itu diberikan kepada semua siswa dengan tanpa melihat latarbelakang dan kemampuan.

Advertisement

Selanjutnya, kata dia, program pertukaran kepala sekolah sebagai pembina upacara. Ia mengakui telah memiliki sejumlah pemetaan antar sekolah yang rawan konflik. Dua sekolah yang terlibat konflik tawuran, kepala sekolahnya harus bertukar menjadi pembina upacara.

Mereka tidak sendiri, pelajar yang pernah terlibat tawuran tersebut juga diikutsertakan. “Bahasanya untuk islah [perdamaian], itu sudah pernah kami laksanakan,” kata dia.

Eri juga mencatat, program pencegahan tawuran yang berjalan sekali di tahun 2015 adalah menitipkan para pelaku tawuran ke Akademi Angkatan Udara (AAU). Para pelaku tawuran ini dididik di lingkungan militer selama sepekan sebagai wujud pendidikan karakter.

Advertisement

Menurut dia, pada Oktober 2016 mendatang, rencananya akan mengirim kembali pelajar yang terlibat tawuran ke AAU. Bukan untuk mendidik mereka secara militer namun agar para pelajar tersebut memiliki kualitas disiplin dan memanfaatkan waktu dan kemampuan fisik sebagaimana mestinya.

Selain itu bersama kepolisian pihaknya telah lama menjalin kerjasama dalam menangani tawuran. Pihaknya memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk melakukan razia ke sejumlah sekolah terutama berkaitan dengan benda berbahaya seperi senjata tajam. “Termasuk di tempat nongkrong kami berharap, bisa dirazia,” kata dia.

Akantetapi, kata Eri, para pelajar yang nekat tawuran justru banyak terjadi di luar jam belajar dan di luar sekolah. Oleh sebab itu ia meminta kepada orangtua agar bisa melakukan pengawasan terhadap anaknya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif