Jogja
Selasa, 2 Agustus 2016 - 09:48 WIB

PERTUMBUHAN EKONOMI DIY : Bisnis Properti DIY Anjlok

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan (Rachman/JIBI/Bisnis)

Pertumbuhan ekonomi DIY melemah yang tampak pada bisnis properti yang anjlok

Harianjogja.com, JOGJA-Kondisi ekonomi yang lambat disebut-sebut menjadi penyebab anjloknya bisnis properti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Real Estate Indonesia (REI) DIY mencatat penurunan bisnis properti mencapai 50% dibandingkan tahun 2015. Kondisi ini paling dirasakan untuk produk perumahan di atas Rp700 juta.

Advertisement

Wakil Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI DIY, Ilham Nur Muhamad mengatakan, hingga memasuki semester II tahun 2016 ini, penjualan rumah untuk kelas menengah atas belum menunjukkan perbaikan.

Konsumen yang rata-rata didominasi dari luar DIY ini masih menahan dananya untuk membeli rumah elit di DIY karena masih terjadi penurunan kemampuan bayar dari masyarakat.

Ilham mengatakan, selama ini DIY menjadi lokasi strategis untuk investasi rumah. “Biasanya ada yang beli untuk anaknya yang sekolah di Jogja. Ada juga yang beli karena dia [konsumen] dulu pernah kuliah di Jogja dan ingin kembali lagi,” kata Ilham di kantornya di daerah Rejowinangun, Jogja, Senin (1/8/2016).

Advertisement

Tetapi hingga pertengahan tahun ini tingkat daya beli masyarakat untuk rumah di atas Rp700 juta masih rendah. Sementara untuk harga Rp300 juta ke bawah disebutnya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pelemahan ekonomi ini. “Ada penurunan tapi tidak terlalu jauh,” ujar dia. Hal tersebut dikarenakan harga yang ditawarkan masih cukup terjangkau untuk konsumen.

Selain perlambatan ekonomi, beberapa kebijakan yang ada juga semakin memberatkan para pelaku bisnis properti. Ilham mengatakan, besarnya uang muka atau DP masih menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli rumah. Konsumen yang membeli rumah masih menanggung Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sekitar 5%. Angka tersebut menurutnya terlalu besar. Indikasinya, selama ini banyak konsumen yang menawar agar lebih murah.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif