Jogja
Selasa, 2 Agustus 2016 - 11:55 WIB

ALUN-ALUN WATES : Ada Kabar Jual-Beli Lapak, Pedagang Membantah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sisi barat kawasan Alun-alun Wates, Kulonprogo. Foto diambil pada akhir Juni lalu. (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Alun-alun Wates masih terus dilakukan penataan

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Alun-alun Wates sisi barat membantah kabar adanya penjualan lapak. Mereka hanya menyajikan konsep berbeda yang harus diterapkan setiap pedagang sesuai kesepakatan bersama.

Advertisement

Hal tersebut salah satunya diungkapkan pedagang batagor bernama Ruri. Dia mengatakan, para pedagang di kawasan Alun-alun Wates sisi barat ingin memperkenalkan konsep berbeda kepada masyarakat Kulonprogo.

Semua pegadang memang sepakat menjual aneka makanan dan minuman dalam lapak berbentuk boks. Sekilas mirip dengan konsep foodtruck tapi dengan bentuk dan biaya pembuatan yang jauh lebih minimalis.

“Saya sudah jualan sejak 2009. Kalau yang di sini baru awal puasa kemarin,” kata Ruri, Senin (1/8/2016).

Advertisement

Ruri memang tidak menyebutkan secara terang-terangan mengenai jumlah modal yang dia keluarkan. Dia hanya mengaku secara rutin menyampaikan iuran sebesar Rp20.000 per hari kepada pengurus Paguyuban 234 Alseba untuk memenuhi kebutuhan listrik, pengelolaan sampah atau kebersihan, dan fasilitas dorong boks atau yang lebih sering mereka sebut dengan gerobak.

Pembuatan boks sendiri diserahkan kepada masing-masing pedagang, termasuk soal desain dan ukuran. Namun, paguyuban akan membantu memfasilitasi apabila ada yang mengalami kesulitan. Dengan demikian, Ruri berpendapat hal tersebut tidak bisa disebut sebagai jual-beli lapak.

“Kalau ada yang bilang ada pungutan atau jual-beli, itu tidak benar. Harusnya kroscek dulu ke sini,” ujar Ruri.

Advertisement

Ruri lalu mengatakan konsep baru yang diusung Paguyuban 234 Alseba cukup menarik perhatian konsumen. Pilihan menu yang ditawarkan pun sangat beragam karena setiap pedagang memang harus menjual produk berbeda. Walau begitu, dia memang belum bisa menghitung perbedaan penghasilan dan keuntungannya dibandingkan saat berjualan secara keliling.

Sekjen Paguyuban 234 Alseba, Adam Nurcahyo pun menegaskan tidak ada penjualan lapak seperti yang diberitakan sebelumnya. Namun, setiap pedagang baru yang ingin berjualan di sisi barat, bakal diminta untuk menerapkan konsep yang dirancang paguyuban. “Intinya tidak ada [jual-beli]. Kalau mau jualan disini, biayanya nol rupiah,” ucap Adam kemudian.

Beberapa waktu lalu, sebuah pesan berisi informasi penjualan lapak dagang di kawasan Alun-alun Wates sisi barat diketahui beredar melalui aplikasi chatting dan sms. Lapak itu disebut memiliki panjang empat meter dan ditawarkan seharga Rp7 juta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif