Jogja
Minggu, 31 Juli 2016 - 16:20 WIB

TNI AU : Serunya Napak Tilas 45 Menit untuk Serangan Tiga Kota

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salahsatu simulasi menggambarkan sebelum melakukan penyerangan tiga kota di Base Ops Lanud Adisutjipto, Jumat (29/7/2016) dinihari. (JIBI/Harian Jogja/Ist.TNI AU)

TNI AU menggelar napak tilas penyerangan selasa perjuangan

Harianjogja.com, SLEMAN – Pangkalan TNI AU Lanud Adisutjipto menggelar napak tilas penyerangan tiga kota pada Jumat (29/7/2016) dinihari. Kegiatan itu dilakukan oleh para siswa Sekolah Instruktur Penerbang dengan mengangkasa selama 45 menit.

Advertisement

Napak tilas dilakukan sekitar pukul 04.00 WIB untuk mengingatkan tentang peristiwa heroik dan bersejarah itu. Simulasi dan teatrikal dilaksanakan para siswa instruktur penerbang menggunakan pakaian kadet penerbang tempo dulu. Tiga pesawat yang digunakan antara lain Grob LD 1224 dipiloti Mayor Pnb Yulianto, LD 1208 diterbangkan oleh Pnb Surono dan Mayor Pnb Fahrurrozi  membesut LD 1218. Mereka didampingi Taruna AAU mengudara di tengah kabut Langit Jogja selama kurang lebih 45 menit untuk menggambarkan suasana pada 69 tahun silam.

Simulasi dilakukan dengan meringkas cerita, saat para kadet mendapat perintah dari Perwira Operasi Komodor Udara Halim Perdanakusuma. Mereka dibriefing singkat serta dilanjutkan dengan pelaksanaan misi operasi. Tiga pesawat peninggalan Jepang, antara lain Guntai dan Cureng, pada Selasa 29 Juli 1947 pagi hari, lepas landas dari Pangkalan Udara Maguwo menuju Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Pesawat yang diterbangkan para Kadet Penerbang itu mengemban tugas untuk melakukan serangan udara terhadap benteng pertahanan Belanda.

Saat itu Guntai diterbangkan Kadet Penerbang Muljono dan juru tembak Abdurrahman untuk menyerang Semarang. Dua pesawat Cureng diterbangkan Kadet Penerbang Sigit dan juru tembak Sutardjo untuk menyerang Salatiga serta Suharnoko Harbani dengan juru tembak Kaput guna menyerang benteng pertahanan Belanda di Ambarawa.

Advertisement

“Dalam peristiwa sejarah itu satu pesawat yang diawaki oleh Kadet Penerbang Bambang Saptoaji batal menjalankan misi karena ada kerusakan pesawat. Luar biasanya para kadet penerbang yang melaksanakan operasi udara tadi masih berusia sangat belia yaitu 19 tahun,” terang Danlanud Adisutjipto Marsma TNI Imran Baidirus, dalam rilisnya Jumat (29/7/2016).

Komandan Kodik AU Marsda TNI Eko Supriyanto, yang hadir dalam napak tilas utu mengatakan, serangan udara memperlihatkan semangat juang para ksatria dirgantara, kegigihan, keuletan, ketangguhan. Serta keyakinan para pendahulu TNI Angkatan Udara dalam mengemban tugas mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.  Keterbatasan yang dimiliki oleh rintisan Sekolah Penerbang TNI AU mampu menunjukkan darma bhakti terbaiknya sebagai bentuk eksistensi AURI saat itu.

“Peristiwa bersejarah ini dapat menjadi motivasi para siswa Sekbang dan seluruh generasi penerus TNI Angkatan Udara serta dapat meneladani jiwa patriotisme dan rasa nasionalisme para pelaku Serangan Udara. Selain itu peristiwa ini dapat menjadi inspirasi dalam setiap pengabdian yang kemudian dapat diimplementasikan dalam tugas sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing,” ungkap dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif