Soloraya
Sabtu, 30 Juli 2016 - 15:40 WIB

DAMPAK POLITIK TURKI : Puluhan Eksemplar Buku Gulen di SBBS Gemolong Diamankan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa SBBS di Gemolong, Sragen, melakukan doa bersama dan deklarasi anti-mencontek dalam Ujian Nasional (UN) 2014, beberapa waktu lalu. Pengembangan SBBS peninggalan mantan Bupati Sragen, Untung Wiyono, terkendala minimnya kapasitas tampung asrama siswa. (JIBI/Solopos/Kurniawan)

Dampak politik Turki, SBBS Gemolong mengamankan buku karya Fethullah Gulen.

Solopos.com, SRAGEN—Manajemen Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) Gemolong, Sragen mengamankan buku-buku bacaan karya Fethullah Gulen, seorang cendekiawan Islam kontemporer Turki yang kini menjadi bidikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Puluhan eksemplar buku tersebut disimpan di perpustakaan guru di sekolah setempat.

Advertisement

Langkah tersebut disampaikan Pejabat Humas SBBS Gemolong, Sragen, Ari Mayang, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (29/7/2016) siang. Ari merasa kemelut politik di Turki turut berdampak pada perkembangan SBBS Gemolong belakangan. Ari mencatat SBBS pernah menjalin kerja sama dengan Pasiad Turki, non goverment organization (NGO) yang mengembangkan sekolah inspirasi Gulen di Indonesia, pada 2008. Sejak saat itulah, kata dia, buku-buku karya Gulen beredar di kalangan siswa SBBS Gemolong.

“Bahkan ada salah satu siswa yang mengaku mengenal Gulen sejak duduk di bangku kelas II SMP. Nama Gulen menjadi familiar di telinga para siswa karena ada kajian rutin setiap pekan sekali tentang karya-karya Gulen. Dulu buku karya Gulen itu mudah ditemukan di meja-meja guru dari Pasiad. Secara tidak langsung ada ada pengaruhnya terhadap karakter siswa,” kata Ari.

Dia menyampaikan ada kedekatan secara emosinal antara siswa dengan orang-orang Turki. Apalagi setiap tahun ada pengiriman alumni SBBS terbaik ke Turki untuk melanjutkan studi sejak SBBS mengeluarkan lulusan. Dia menyebut jumlah siswa yang dikirim ke Turki itu antara 5-10 orang per tahun.

Advertisement

Kini, Ari menjelaskan SBBS tidak lagi bekerja sama dengan Pasiad maupun Amity College yang juga diisi orang-orang Pasiad per 1 Juli 2016. Dia menyatakan SBBS Gemolong tetap berjalan tanpa kerja sama dengan lembaga pendidikan asing (LPA). Selain dampak itu, Ari menyampaikan pengurangan siswa pada setiap tahun ajaran baru karena banyak siswa yang pindah sekolah.

Dia menyebut ada 12-20 siswa SMP-SMA yang pindah sekolah ke Semarang yang bernaung di bawah Pasiad. Perpindahan itu terjadi mulai ajaran baru 2016. “Penerimaan peserta didik baru (PPDB) SBBS 2016 saja terlambat sehingga hanya menerima 10 siswa untuk SMP dan 10 siswa untuk SMA. Saat itu Dinas Pendidikan (Disdik) tidak mengizinkan SBBS buka pendaftaran siswa baru seperti sekolah lainnya. Akhirnya, ya hanya dapat sedikit. Siswa kelas II untuk jenjang SMP tinggal 14 orang dan SMA 20 orang,” katanya.

Kepala Disdik Sragen, Suwandi, membenarkan SBBS Gemolong hanya menerima 10 siswa untuk SMP dan 10 siswa untuk SMA pada PPBD 2016. Suwandi dihadapkan pada persoalan status kerja sama sekolah itu dengan LPA yang hingga kini belum ada kebijakan Pemkab untuk menentukan pilihan LPA.

Advertisement

“Kami hanya berharap segera ada solusi terbaik untuk SBBS,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif