Jogja
Jumat, 29 Juli 2016 - 11:55 WIB

RESUFFLE KABINET JOKOWI : Perekonomian Indonesia Stagnasi dan Cenderung Turun, Ini yang Diperlukan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Resuffle Kabinet Jokowi perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi

Harianjogja.com, BANTUL — Paska-resuflle Kabinet Jokowi, Pakar ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Nano Prawoto menekankan pentingnya peningkatan ekspor di Indonesia.

Advertisement

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi saat ini masih didominasi oleh konsumsi nasional. Karena itu, ekspor harus digenjot untuk meningkatkan produksi nasional dan nilai tukar rupiah.

Dekan Fakultas Ekonomi UMY ini juga menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia selain mengalami stagnasi juga cenderung mengalami penurunan. Minimnya angka ekspor merupakan satu faktor penyebab secara internal yang mempengaruhi jalannya roda perekonomian di bangsa ini.

“Pemerintah belum signifikan untuk menggerakkan ekonomi secara nyata. Sedangkan faktor eksternal, contohnya seperti fenomena Brexit yang juga mempengaruhi ekonomi Indonesia,” kata dia., Kamis (28/7/2016).

Advertisement

Selain itu ia berpendapat, menteri-menteri baru pilihan presiden sudah tepat. Waktu penggantian kabinet juga sangat tepat mengingat Indonesia saat ini yang juga tengah mengalami masa-masa stagnan dalam bidang ekonomi. Ia menilai Indonesia sudah saatnya membuat inovasi baru.

“Menteri merupakan penggerak kementerian, saat ini Indonesia tengah mengalami masa-masa yang stagnan dalam bidang ekonomi. Jadi saya kira ini waktu yang tepat untuk melakukan reshuffle,” ujarnya.

Seperti diketahui sebelumnya, Jokowi telah melantik beberapa menteri baru  untuk menggantikan menteri-menteri yang kinerjanya dinilai kurang. Dalam reshuffle kedua ini, Presiden Jokowi mengganti setidaknya 13 menteri dalam kabinetnya. Termasuk Anies Baswedan dan Ignasius Jonan. Bahkan Sri Mulyani diangkat menjadi Menteri Keuangan lagi oleh Presiden Jokowi.

Advertisement

Untuk nama trakhir yang disebutkan ini, Nano memiliki pandangan tersendiri. “Sri Mulyani merupakan orang yang brilian. Dia pintar dan berpengalaman dalam menangani masalah keuangan. Namun kita juga harus waspada karena dia cenderung Liberal, yang mana bertentangan dengan visi Jokowi yang menginginkan Ekonomi Kerakyatan,” Imbuhnya.

Ia kembali menambahkan sebagai menteri keuangan, Sri Mulyani harus sejalan dengan visi Jokowi.

“Visi Jokowi harus bisa dijalankan oleh Menkeu yang baru. Jangan sampai arah kebijakannya melenceng dari ekonomi kerakyatan yang telah digembar-gemborkan,”tambahnya.

Sebelumnya, presiden Joko Widodo baru saja mengumumkan Reshuffle Kabinet kerjanya untuk yang kedua kali, pada Rabu (27/7/2016). Pada reshuffle kali ini Presiden menyebutkan beberapa nama baru yang menempati posisi sebagai menteri-menterinya, seperti Luhut Binsar Panjaitan (Menko Kemaritiman), Bambang Brodjonegoro (Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas), Sofyan Djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN), Thomas Trikasih Lembong (Kepala BKPM), Wiranto (Menko Polhukam), Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Eko Putro Sandjojo (Menteri Desa dan PDTT), Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubugan), Muhadjir Effendy (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Enggartiasto Lukita (Menteri Perdagangan), Airlangga Hartarto (Menteri Perindustrian), Arcandra Tahar (Menteri ESDM), dan Asman Abnur (Men PANRB).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif