Jogja
Jumat, 29 Juli 2016 - 13:59 WIB

PENJARA ANAK : Melihat Kehidupan Narapidana Anak di Rutan Kelas II B Wonosari

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Blok khusus anak di Rutan kelas II B Wonosari. Rutan ini merupakan satu-satunya di DIY yang menyediakan blok khusus untuk tahanan anak. (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Penjara anak diberikan tempat khusus di Rutan Wonosari

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-– Matahari yang terik menerobos masuk ke halaman depan bangunan dengan suasana yang nampak asri dan hijau.

Advertisement

Beberapa aktifitas dilakukan oleh sejumlah orang berseragam serupa. Seorang laki-laki paruh baya menyambut hangat kedatangan Harianjogja.com, mempersilakan masuk ke sebuah ruangan sejuk yang terletak paling sudut.

Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Wonosari merupakan salah satu Lembaga pemsayarakatan yang berada di DIY. Sebanyak 106 warga binaan yang berada di Lapas tersebut, terdapat delapan diantaranya merupakan warga binaan di bawah usia 20 tahun. Lembaga Pembinaan Khusus Anak tersebut ditempatkan di sebuah ruangan khusus.

Advertisement

Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Wonosari merupakan salah satu Lembaga pemsayarakatan yang berada di DIY. Sebanyak 106 warga binaan yang berada di Lapas tersebut, terdapat delapan diantaranya merupakan warga binaan di bawah usia 20 tahun. Lembaga Pembinaan Khusus Anak tersebut ditempatkan di sebuah ruangan khusus.

Edy Junaedi, laki-laki paruh baya yang memiliki jabatan tertinggi di Rutan Kelas II B Wonosari, yakni sebagai Kepala Rutan tersebut banyak memberi keterangan kepada Harianjogja.com.

Delapan anak yang menjadi warga binaan di Rutan Wonosari merupakan titipan dari berbagai lapas di DIY seperti Cebongan dan Wirogunan. Pihaknya memang memberikan perhatian khusus kepada delapan anak yang berada di LPKA dengan status tahanan tersebut.

Advertisement

Dalam blok LPKA tersebut terdapat sejumlah ruangan khusus yang berderet membentuk pola letter U dengan kolam ikan sebagai pemanis di bagian tengah.

Ruangan tersebut yakni Ruang Pendidikan Anak, enam ruang tidur, ruang cuci, ruang rekreasi atau ruang televisi, serta ruang olahraga. Ruangan tersebut terletak dalam satu blok yang terpisah jauh dari ruang tahanan orang dewasa.

Dijelaskan oleh Edy, setiap harinya warga binaan yang merupakan anak-anak tersebut melakukan aktifitas sehari-hari termasuk mendapatkan haknya mengenyam pendidikan.

Advertisement

Kegiatan belajar mengajar diadakan setiap Senin dan Rabu tersebut bekerjasama dengan Disdikpora dengan menghadirkan guru ke lapas sebagai pengajar. Selain itu, kegiatan lain berupaya budidaya ikan menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan selain olahraga.

Salah seorang binaan anak, JW (20) yang ditahan dengan kasus penganiayaan yang menyebabkan kematian di Sleman beberapa waktu yang lalu menggulirkan cerita kepada Harianjogja.com.

Sudah sejak 2014 bulan dua lalu ia menempati LPKA Rutan Wonosari, sejak sebelumnya yakni 2013 ia menempati LP Cebongan yang berada di Sleman. Ia menjalani kehidupannya dengan tentram di LPKA dengan tujuh orang lainnya. Setiap hari ia dibina dengan berbagai kegiatan, mulai dari pendidikan, kegiatan keterampilan, hingga keagamaan.

Advertisement

“Kegiatannya selalu didalam blok ini, kecuali untuk salat berjamaah dan main futsal,” kata dia.

JW mengatakan bahwa dirinya akan menghabiskan masa tahanan hingga 2017 mendatang. Kebosanan memang sering datang menghampiri, namun mau tak mau ia harus menjalani masa tahanannya hingga 2017 mendatang.

Kebosanan tersebut ia limpahkan pada kegiatan-kegiatan di Lapas dengan saling berbincang dengan sesama tahanan anak. Jeruji kamar dibuka setiap pukul 07.00 hingga 17.00 WIB, selebihnya mereka harus tinggal didalam kamar berjeruji penjara.

JW menyinggung sedikit kerinduannya pada keluarga. Kerinduannya dapat sedikit terobati dengan kunjungan sebanyak dua kali dalam sebulan. Ia mengaku lebih nyaman dibandingkan pada saat di LP Cebongan, hanya saja kesempatan bertemu dengan orangtua menjadi sedikit berkurang.

“Kalau dulu enaknya waktu di Cebongan kan dekat dengan rumah, jadi sering dikunjungi. Sedangkan sekarang lokasinya jauh, tidak sesering dulu bertemu dengan orangtua,” ujarnya.

Dengan seluruh kenyamanan dari fasilitas yang tersedia dalam Lapas anak tersebut, tak lantas membuatna betah berlama-lama dalam tahanan.

Keinginannya dan tujuh kawannya yang lain hanya satu, pulang, bebas dan berkumpul kembali dengan teman dan keluarganya yang selalu menunggu kepulangan mereka ke rumah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif