Soloraya
Jumat, 29 Juli 2016 - 22:00 WIB

LINGKUNGAN HIDUP SOLO : 2017, Solo Ditarget 1 Juta Lubang Biopori

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - membuat biopori (ilustrasi/JIBI/dok)

Lingkungan hidup Solo, DPRD menargetkan pembuatan 1 juta lubang biopori.

Solopos.com, SOLO–Komisi II DPRD menargetkan pembuatan satu juta lubang biopori di Kota Solo tahun 2017. Selain pemerintah, masyarakat didorong proaktif untuk membikin lubang yang berfungsi meningkatkan resapan air tersebut.

Advertisement

Ketua Komisi II, Y.F. Sukasno, mengatakan Solo tak boleh berpangku tangan setelah meraih Adipura beberapa waktu lalu. Menurut Sukasno, perlu ada upaya konkrit untuk terus meningkatkan kualitas lingkungan salah satunya dengan pembuatan lubang biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 sentimeter (cm) dan ketinggian 100 cm. “Komisi II mendorong ada satu juta lubang biopori di tahun 2017. Kami siap mendukung alokasi anggaran,” ujarnya saat ditemui wartawan di Gedung DPRD, Jumat (29/7/2016).

Sukasno mengatakan lubang biopori penting untuk meningkatkan resapan air ke dalam tanah. Dengan demikian lubang tersebut dapat mengurangi potensi genangan di lingkungan warga. Biopori, imbuhnya, juga dapat digunakan untuk mengolah sampah menjadi kompos.

“Sebenarnya membuat biopori ini mudah. Warga bisa bekerja bakti di akhir pekan untuk membuat biopori di tiap rumah. Jangan hanya menunggu pemerintah,” tutur Sukasno.

Advertisement

Selain lubang biopori, Komisi II mendorong pembangunan sumur resapan di penjuru wilayah kota. Sukasno mengatakan Badan Lingkungan Hidup (BLH) tahun ini baru mengalokasi dana pembuatan enam sumur di lima kecamatan. Setiap sumur resapan diperkirakan membutuhkan anggaran Rp80 juta.

“Sumur resapan dapat meningkatkan cadangan air bersih berkali-kali lipat dibanding lubang biopori. Ini karena sumur dapat dibangun hingga kedalaman 60 meter. Hanya memang butuh dana besar. Pemkot perlu turun tangan,” ucapnya.

Sementara itu, anggota Komisi II, Ginda Ferachtriawan, mendorong tokoh masyarakat untuk ikut menyosialisasikan pentingnya lubang biopori. Menurut Ginda, sosialisasi dapat memanfaatkan perkumpulan rutin warga seperti rapat RT dan rapat PKK. “Meski sederhana, biopori penting untuk menjaga kelestarian air tanah. Biopori juga secara tidak langsung menyuburkan tanah karena aktivitas organisme dalam tanah meningkat,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif