Jateng
Jumat, 29 Juli 2016 - 07:50 WIB

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA : Kata Tetangga, Siswa Penghayat Kepercayaan Jarang Keluar Rumah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aneka ragam agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (rplp.rice.edu)

Kerukunan umat beragama terancam terkoyak gara-gara sikap insan pendidik di Kota Semarang yang tak memfasilitasi siswa penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dilawan seorang siswa SMK Negeri 7 Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Zulfa Nur Rahman, 17, siswa SMK Negeri 7 Kota Semarang yang rela tak naik kelas demi menjalankan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya oleh sebagian tetangga sebagai pribadi yang tak banyak bicara dan jarang keluar rumah.

Advertisement

Jika Sugiarto, ketua RT tempat Zulfa Nur Rahman tinggal di kawasan Pedurungan, Kota Semarang, Selasa (26/7/2016), menyebutnya dengan istilah pendiam dan pintar, maka . Imam Muzamil, 34, tetangga depan rumah Zulfa di Kampung Jaten I RT 001/RW 008, Pedurungan Tengah, Pedurungan, Semarang, Kamis (28/7/2016), menyebut Zulfa sebagai sosok yang jarang bergaul dan terkesan introvert alias tertutup.

“Ia biasanya hanya terlihat saat mau sekolah dan pulang sekolah dengan mengendarai sepeda onthel. Selebihnya, jarang terlihat. Hampir sama seperti ayahnya, Taswidi, ia juga jarang berkumpul sama tetangga di sini,” ungkap Imam saat dijumpai Semarangpos.com di rumahnya, Kamis (28/7/2016).

Dalam kesehariannya, Imam juga mengingat Zulfa sebagai sosok yang memiliki karakter ganjil. Di satu sisi, Zulfa dikenal sebagai pendiam, pendiam. Sementara, di sisi lain, remaja berusia 17 tahun itu memiliki emosi yang mudah meledak-ledak. “Pernah suatu saat ditanya kakak saya yang juga tinggal tak jauh dari sini, jawaban anak itu ketus dan terkesan enggak sopan,” imbuh Imam.

Advertisement

Imam menceritakan bahwa keluarga Zulfa bukanlah warga asli di daerah itu. Keluarganya merupakan warga pindahan dari Kampung Depok, Pedurungan, sejak belasan tahun silam.

Imam juga mengaku sejak lama mengetahui jika Taswidi, ayah Zulfan merupakan penganut aliran penghayat kepercayaan. “Kalau soal itu [penganut penghayat kepercayaan] memang sudah tahu sejak dulu. Soalnya ia jarang menjalani aktivitas beragama seperti warga yang lain,” imbuh Imam.

Kendati demikian, Imam tidak tahu menahu jika Zulfa mengikuti jejak ayahnya menjadi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kondisi ini tak lain berdasarkan pengamatannya saat Zulfa masih duduk di bangku SMP, remaja itu juga acap kali menjalani aktivitas beragama seperti warga yang lain. “Kakaknya Zulfa yang sekarang tinggal di Ungaran, bahkan saat ini masih mengenakan jilbab. Tapi, enggak tahu dengan Zulfanya,” imbuh Imam.

Advertisement

Zulfa merupakan siswa SMKN 7 Semarang yang diputuskan tidak naik kelas XII karena tidak mau mengikuti pelajaran agama Islam. Ia berdalih pelajaran agama Islam tidak sesuai dengan keyakinannya yang mengikuti aliran penghayat kepercayaan.

Saat Semarangpos.com mencoba mencari keterangan dari Zulfa, Kamis siang, rumahnya tampak tidak berpenghuni. Meskipun, beberapa sajian untuk tamu seperti panganan rempeyek dan air mineral terlihat berserakan di meja halaman depan rumah.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif