Jogja
Kamis, 28 Juli 2016 - 14:55 WIB

Pasien Skizofrenia Tetap Bisa Berdaya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyandang gangguan jiwa bermain sepakbola di lapangan Dukuh Tanggung RT 002/RW 001, Desa Pilangsari, Gesi, Sragen, Rabu (27/4/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pasien skizofrenia tetap dapat menjadi produktif secara ekonomis dalam keseharian mereka.

Harianjogja.com, JOGJA-Pasien gangguan jiwa skizofrenia tetap dapat menjadi produktif secara ekonomis dalam keseharian mereka.

Advertisement

Pendiri Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia Bagus Sutomo pada Rabu (27/7/2016) mengatakan para pengidap skizofrenia masih harus terus digandeng dan diberi perhatian, meskipun mereka sudah menerima pengobatan. Bahkan mereka masih memerlukan fasilitas kesehatan, on the job training yang terintegrasi, untuk dapat mandiri dan tetap produktif.

Di sela kegiatan launching Sistem Rehabilitasi Pasien Skizofrenia Terintegrasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ia menjelaskan, setidaknya ada beberapa hal yang dibutuhkan para pengidap skizofrenia untuk tetap produktif, di antaranya tersedianya setidaknya 2% lapangan pekerjaan bagi orang dengan disabilitas termasuk psikososial misalnya skizofrenia.

Advertisement

Di sela kegiatan launching Sistem Rehabilitasi Pasien Skizofrenia Terintegrasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ia menjelaskan, setidaknya ada beberapa hal yang dibutuhkan para pengidap skizofrenia untuk tetap produktif, di antaranya tersedianya setidaknya 2% lapangan pekerjaan bagi orang dengan disabilitas termasuk psikososial misalnya skizofrenia.

Selain itu tersedianya pinjaman bank modal usaha dan penempatan lapak usaha di ruang publik bagi orang Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan keluarga.

“Adanya perlindungan hukum ketenagakerjaan bagi ODGJ, adanya panti bina laras bagi ODGJ yang tidak memiliki keluarga atau keluarganya tidak mampu merawat karena alasan yang kuat,” ungkapnya, di Hotel Santika Premiere.

Advertisement

Di kesempatan yang sama, Ketua Seksi Skizofrenia Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Anak Agung Ayu Agung Kusumawardhani menjelaskan, skizofrenia adalah suatu kondisi pengidapnya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau dan perubahan perilaku.

Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori yakni negatif dan positif. Gejala mnegatif berupa hilangnya sifat dan kemampuan tertentu yang biasanya ada dalam diri orang yang normal. Sedangkan positif menggambarkan tanda-tanda psikotik yang muncul dalam diri seseorang akibat mengidap skizofrenia.

“Berdasarkan data yang ia miliki setidaknya hingga 2015 ada 400.000 pengidap skizofrenia merupakan usia produktif sekitar 18-22 tahun, namun 70 perseen dari mereka optimis mereka bisa hidup secara independen, walaupun mereka masih harus tetap berobat untuk kestabilan kesehatan mereka,” ungkapnya.

Advertisement

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie menyebutkan kasus skizofrenia di DIY seakan seperti fenomena gunung es, orang gangguan jiwa stadium ringan tidak akan nampak tanpa adanya analisa mendalam, padahal skizofrenia sendiri adalah kondisi gangguan jiwa stadium berat. Ia menambahkan, masyarakat perlu banyak diedukasi mengenai penyakit yang memiliki penyebab multi faktor ini.

“Kebiasaan berubah merupakan satu indikator awal, misalnya kalau anak kecil, biasanya anak itu selalu menyapa kepada orang lain, kemudian beberapa kali ia diketahui tidak menyapa orang yang ditemui, maka itu perlu ditanyakan,” kata dia.

Perempuan yang pernah menjabat sebagai kepala RS Grhasia Pakem, Sleman ini menerangkan, keluarga pasien skizofrenia perlu memiliki kemampuan menerima kembali kehadiran pasien.

Advertisement

Saat ini Dinkes telah melakukan sejumlah langkah sosialisasi bagaimana menurunkan stigma negatif masyarakat umum, bahwa orang dengan gangguan jiwa itu bukan tidak bisa sembuh, melainkan bahkan bisa tetap produktif.

Managing Director PT Johnson & Johnson Indonesia Vvishnu Kalra yang turut dalam kegiatan itu mengatakan, skizofrenia adalah penyakit yang banyak menyerang anak muda. Pihaknya jelas memiliki fokus untuk membantu pemberdayaan pasien.

Pasien skizofrenia perlu mendapatkan bantuan dari semua stakeholder baik pemerintah, dokter dan pihak lain, agar mereka siap ketika mereka kembali ke masyarakat [setelah pengobatan], kemudian mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan hak mereka. Hal ini bukan hanya setahun menjadi perhatian PT JnJ, melainkan empat tahun belakangan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif