Jogja
Selasa, 26 Juli 2016 - 08:20 WIB

GELOMBANG TINGGI PANTAI SELATAN : Berisiko Tergulung Ombak, Nelayan Tetap Pilih Melaut

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas meninjau abrasi yang terjadi di bibir Pantai Congot, Jangkaran, Temon, Kulonprogo, Senin (25/7). Jika ombak terus tinggi diperkirakan ruas jalan akan terdampak selama beberapa hari ke depan. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Gelombang tinggi Pantai Selatan mengakibatkan abrasi

Harianjogja.com KULONPROGO — Abrasi Pantai Selatan terjadi di Pantai Congot, Jangkaran, Temon, Kulonprogo. Ombak setinggi empat sampai enam meter di pesisir selatan Kulonprogo juga membuat ratusan nelayan di Pantai Glagah Indah, Glagah, Temon tak bisa melaut selama sepekan terakhir.

Advertisement

(Baca Juga : ABRASI PANTAI SELATAN : Jarak Pantai Semakin Dekat, Warga Panjatan Tidak Mau Pindah ke Luar Jawa)

Anggota Badan SAR Nasional (Basarnas), Pipit Eriyanto mengatakan apabila ombak semakin tinggi diperkirakan ruas jalan akan amblas dalam kurang dari sepekan. Ombak ini juga mengancam sejumlah tambak udang yang berada di sisi utara jalan. Petugas SAR juga telah menghimbau pengunjung agar tidak berada terlalu dekat dengan bibir pantai. Ombak tinggi sendiri diperkirakan masih akan berlangsung selama beberapa hari ke depan.

Nelayan Pilih

Advertisement

Beberapa nelayan juga ada yang sempat memaksakan diri untuk tetap melaut namun berakhir sia-sia. Pasalnya, ganasnya ombak bukan hanya menyulitkan perahu nelayan yang nekat melaut tetapi membuat ikan-ikan juga menghilang. Nelayan yang ditemui di pantai tersebut, Andi Resdiyantomengatakan terpaksa menempuh resiko tergulung ombak karena terdesak kebutuhan ekonomi keluarga.

“Sudah seminggu tak berani cari ikan, padahal pengeluaran jalan terus,”jelasnya.

Selain resiko tergulung ombak, ia juga harus mengeluarkan biaya operasioanal ratusan ribu rupiah untuk turun melaut. Selama sepekan terakhir, ia dan rekannya sesama nelayan mengisi waktu dengan bekerja serabutan dan membuat jaring yang akan digunakan saat laut kembali normal.

Advertisement

Toni, salah satu nelayan di Pantai Congot menjelaskan ia memilih rehat melaut karena khawatir akan merugi.

“Risikonya terlalu tinggi dibandingkan perolehan yang didapat, mending rehat 3 minggu ini,” ujar dia.

Sebelumnya, ia dan rekan-rekannya memang sempat rehat melaut saat ombak tinggi sata bulan puasa lalu. Ia sendiri kemudian sempat turun melaut kembali sebelum Lebaran sampai akhirnya terpaksa libur kembali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif