Jogja
Senin, 25 Juli 2016 - 08:44 WIB

UPACARA ADAT : Festival Upacara Adat Daerah di DIY Digelar

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ngguyang Jaran tradisi kesenian rakyat yang diselenggarakan dalam Festival Budaya Kembul Sewu Dulur di Bendung Kayangan, Dusun Turusan, Desa Pendoworejo, Girimulyo, Rabu (9/12/2015). ( Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Upacara adat di DIY dilestarikan salah satunya dengan kegiatan Festival Upacara Adat

Harianjogja.com, SLEMAN– Di wilayah DIY, terdapat sekitar 300 upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat. Selain berhubungan dengan kemanusiaan, upacara adat juga erat menyuarakan kehidupan gotong royong, kelestarian alam dan lingkungan.

Advertisement

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono berharap, nilai-nilai luhur kebudayaan tersebut jangan hanya dijadikan seremonial saja tetapi harus diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Festival upacara adat, katanya, bertujuan untuk melestarikan upacara adat yang sudah hadir sejak ratusan tahun lalu.

“Ini bagian dari upaya melestarikan kebudayaan yang berkembang di masyarakat,” katanya usai membuka Festival Upacara Adat 2016 di Lapangan Denggung, Sleman, Minggu (24/7/2016).

Dia menjelaskan, pelestarian kebudayaan sendiri mencakup tiga hal. Dimulai dari upaya melindungi kebudayaan yang ada, memanfaatkan hingga mengembangkan kebudayaan tersebut. “Festival ini juga wujud penghargaan pemerintah baik terhadap komunitas atau kelompok pemerhati upacara adat. Sebab banyak nilai keluhuran dalam upacara adat tersebut yang ditinggalkan,” urainya.

Advertisement

Festival tersebut melibatkan perwakilan dari lima kabupaten/kota di DIY. Masing-masing kelompok menampilkan upacara adat yang menjadi tradisi di masing-masing wilayah. Kontingen Gunungkidul, misalnya, menampilkan upacara adat Nyadran ‘Mbah Jodeh’. Tradisi tersebut digelar di Desa Petir Kecamatan Rongkop. Mereka menampilkan kisah petani yang sedih karena tanaman Bongko mereka tiba-tiba mati.

Upacara tersebut biasa digelar saat panen rata tanaman Bongko yang menghasilkan gudhe jero, dan ketela pohon atau gaplek yang menjadi salah satu makanan khas Gunungkidul. “Tidak ada waktu khusus. Saat ada panen raya, biasanya kami gelar upacara sebagai wujud syukur kami kepada Tuhan atas kesuburan tanah,” kata Prihono Pamungkas, selaku asisten penata tari.

Kontingen Bantul menampilkan Merti Dusun Sendang Suro Setiko dari Desa Terong, Dlingo. Adapun kontingen Kulonprogo menampilkan Merti Bumi Tinalah dari Kecamatan Samigaluh. Diikuti Kontingen Kota Jogja dengan upacara adat Merti Code. Terakhir, kontingen Sleman menampilkan Upacara Adat Umbul Kamulyan dari Dusun Dayakan, Purwomartani Kalasan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif