Jogja
Sabtu, 23 Juli 2016 - 23:20 WIB

PEMKAB KULONPROGO : Dari Komunitas hingga Pedagang Kaki Lima Jadi Sasaean Program KB

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Pemkab Kulonprogo melalui BPMPDPKB terus memperluas layanan

Harianjogja.com, KULONPROGO — Badan Pemberdayan Masyarakat, Pemerintahan Desa, Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMPDPKB) Kabupaten Kulonprogo berupaya memperluas sasaran layanan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Strategi KIE berbasis komunitas kemudian dikembangkan untuk mendukung program kependudukan KB dan pembangunan keluarga.

Advertisement

Kepala BPMPDPKB Kulonprogo, Sri Utami mengatakan, selama ini sasaran KIE cenderung melalui kegiatan arisan, posyandu, serta berbagai kelompok binaan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Lansia (BKL), Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja), dan lainnya. Tahun ini, berbagai komunitas yang berkembang di masyarakat pun coba lebih dirangkul, seperti kelompok karawitan, jatilan, ketoprak, hingga para tukang becak, tukang parkir, dan pedagang kali lima.

Langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektifitas KIE yang selama ini diakui belum optimal. Hasilnya akan diukur dari berbagai aspek program kependudukan KB dan pembangunan keluarga. Hal itu misalnya terkait pemahaman masyarakat mengenai pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,  hingga peningkatan kesejahteraan keluarga.

“Model ini diharapkan cukup efektif untuk mendongkrak capaian kegiatan program kami,” kata Sri, Jumat (22/7/2016).

Advertisement

Kepala Subbidang Advokasi Konseling, Pembinaan KB, dan Kesehatan Reproduksi BPMPDPKB Kulonprogo, Mardiya menambahkan, sarana pendukung KIE juga terus dikembangkan. Selain leaflet dan buku panduan, tim juga menyiapkan film pendek. Tema yang diangkat adalah masalah pernikahan usia dini. Pengambilan gambar telah dilakukan pada awal Juli lalu di sekitar Wates dan menghasilkan karya film pendek berdurasi lima menit.

Namun, film pendek tersebut bukan semata menyajikan sebuah drama, melainkan juga diisi adegan wawancara dengan sejumlah warga yang ditemui di lokasi pengambilan gambar seperti tukang becak, ojek, dan lainnya.

“Film pendek ini bertujuan mengetahui pandangan masyarakat terhadap persoalan pernikahan dini di Kulonprogo serta solusi apa yang seharusnya dilakukan pemerintah,” ujar Mardiya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif