Jogja
Jumat, 22 Juli 2016 - 10:20 WIB

SANTOSO TEWAS : Ini Upaya BNPT Tangani Mantan Teroris

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Polisi membawa kantong jenazah ke ruang jenazah di RS Bhayangkara Palu, di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (19/7/2016). Dua jenazah diduga anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yakni Santoso dan Mukhtar, Senin (18/7/2016), akan diidentifikasi DNA-nya. (JIBI/Solopos/Antara/Zainuddin MN)

Santoso tewas, pengikut diharapkan dapat kembali menjaga perdamaian.

Harianjogja.com, SLEMAN — Terkait tewasnya salah satu pentolan kelompok teroris di Indonesia, Santoso, Deputi Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayor Jenderal TNI Abdul Rahman Kadir berharap seluruh jaringan kelompok radikal itu mendapat pembinaan dan deradikalisasi.

Advertisement

Selama ini, kata Rahman, para mantan pelaku terorisme sudah dideradikalisasi dan diterima di masyarakat. Namun mereka kembali melakukan aksinya.

(Baca Juga : SANTOSO TEWAS : 19 Anak Buah Santoso Ditawari Kompensasi agar Turun Gunung, Ini Penjelasan Luhut)

“Kami berharap tidak ada generasi penerus (Santoso). Meski saat ini jaringannya pasti masih ada. Tugas kami tetap menghembuskan kedamaian,” kata Rahman, saat menutup Kegiatan Pelatihan Duta Damai di Dunia Maya yang diikuti oleh 60 orang peserta, di Alana Hotel, Kamis (21/7/2016)

Advertisement

Rahman meyakini, para jaringan Santoso tersebut adalah manusia biasa yang cinta damai, sehingga tetap perlu diajak kembali ke jalan yang benar. BNPT, katanya, dalam setahun terakhir sudah melakukan deradikalisasi untuk menangani pelaku teroris. Tidak hanya pelaku terorisme, narapidana kasus terorisme dan keluarganya juga diberikan deradikalisasi.

“Termasuk anak-anak mereka. Banyak kegiatan yang dilakukan deradikalisasi, mulai masalah pendidikan hingga segi ekonomi,” terangnya.

Usai menjalani deradikalisasi, kata Rahman, para mantan pelaku terorisme tersebut dibekali dengan keterampilan agar mereka dapat menjalankan kehidupan dengan normal.

Advertisement

“Kami tidak memberikan bahan mentah, tetapi mereka kami beri keterampilan agar dapat mencari nafkah dan melupakan ideology sebelumnya. Hasil belum banyak, tapi pengawasan terus kami lakukan,” kata Rahman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif