News
Kamis, 21 Juli 2016 - 20:30 WIB

KAMPUS DI SOLO : Rektor UNS akan Tutup Pusat Studi yang Mandul

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ravik Karsidi (Dok/JIBI/Solopos)

Kampus di Solo UNS berencana menutup pusat studi yang mandul.

Solopos.com, SOLO – Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Ravik Karsidi, akan menutup pusat studi yang mandul. Menurutnya, dari 23 pusat studi di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNS, tidak semuanya aktif dalam melakukan penelitian.

Advertisement

“Saat ini UNS sudah menjadi The Big Five University di Indonesia. Ini menjadi tantangan semua warga UNS untuk memberikan prestasi yang terbaik, salah satunya di bidang penelitian. Di LPPM ada 23 pusat studi, tetapi tidak semuanya aktif. Ini perlu diaudit. Yang kegiatannya aktif, pantas diteruskan. Tapi, yang tidak aktif pantas ditutup,” katanya saat ditemui wartawan seusai membuka acara Silaturahmi Tahunan LPPM UNS, Rabu (20/7/2016).

Ia menyatakan fungsi LPPM kini perlu dipisahkan yakni menjadi pusat studi, penelitian, atau pelayanan. Di dalam pusat studi, para penelitinya juga minimal harus doktor. Sedangkan jumlah doktor di UNS kini baru 27 persen dari total jumlah dosen, sementara saat ini perlu lebih dari 50 persen doktor.

Ravik berencana mengubah indikator pusat studi untuk akreditasi. Ia menegaskan keberhasilan pusat studi itu bukan dilihat dari berapa banyak menghasilkan uang, tetapi brapa banyak riset yang dilakukan. Orientasi pusat studi perlu diredifinisi. Ia tidak ingin pusat studi terjebak dalam zona aman sehingga enggan berubah dengan tantanan baru.

Advertisement

“Kami sudah memiliki roadmap-nya. Pusat studi harus dievaluasi secara periodik. Salah satu komponen penting adalah redifinisi peran. Pusat studi atau riset tidak sekadar meladeni pemerintah daerah dan membantu pelatihan saja. Tapi juga menghasilkan berbagai penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Sementara, Ketua LPPM UNS, Sulistyo Saputro, mengatakan tahun lalu ada tiga pusat studi yang ditutup yakni bidang pemberdayaan keluarga, pajak, dan bangsa-bangsa melayu. Tiga bidang itu ditutup karena tidak aktif. “Saat ini, dari 23 pusat studi yang ada di LPPM, 10 persen diwaspadai karena kurang aktif melakukan penelitian. Tahun depan, kami akan melakukan evaluasi lagi, apakah tetap menjadi pusat studi atau ada pemisahan untuk layanan,” katanya kepada wartawan, Rabu.

Ia pun berencana meningkatkan prestasi di pusat studi dan melakukan evaluasi secara menyeluruh. Juga memperbaiki instrumen yang ada di LPPM. Sulistyo berharap LPPM bisa tetap melakukan riset dan melayani masyarakat.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif